Duh! Lima Tahun Terakhir Surplus Neraca Beras Turun Luar Biasa

Kamis, 28 Maret 2024 | 22:32 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengungkapkan sinyal warning terhadap neraca beras nasional yang mengalami penurunan signfikan dalam lima tahun terakhir. Produksi beras nasional tidak dapat mengimbangi laju pertumbuhan penduduk di Tanah Air yang menggantungkan konsumsi beras.

"Setelah Kerangka Sampel Asal dari Badan Pusat Statistik (BPS) dirilis, mencatat terjadinya tren penurunan surplus produksi beras terus menerus," ujar Direktur Pasokan dan Harga Pangan Bapanas Maino Dwi Hartono dalam webinar Pataka bertajuk 'Menjaga Stabilitas Harga dan Ketersediaan Stok Beras' di Jakarta, Kamis (28/3/2024).

Dalam neraca beras yang diolah Bapanas, Maino menjabarkan, surplus produksi beras tahun 2019 sebesar 2,38 juta ton. Kemudian ditahun 2020, turun menjadi 2,13 juta ton. Penurunan surplus produksi beras berlanjut  menjadi 1,31 juta ton (2021), kemudian meningkat tipis 1,34 juta ton (2022).

Namun, di tahun 2023 , surplus produksi padi kembali menyusut tinggal 0,48 juta ton beras dampak terjadinya El Nino. Ancaman terhadap  neraca beras nasional masih berlanjut sepanjang tahun 2024.

Bapanas mencatatkan proyeksi neraca beras selama Januari-Mei 2024  surplus 1,45 juta ton seiring panen raya yang berlangsung sejak Maret. Namun, jika dibandingkan periode sama di tahun 2023 sebesar 3,12 juta ton beras atau terjadi penurunan signfikan hingga 1,67 juta ton (53,53%).

Maino menambahkan, tren produksi beras yang mengalami penurunan ini tentunya riskan ketika dihadapkan pertumbuhan pertumbuhan penduduk Indonesia yang mayoritas konsumsi masyarakat masih didominasi oleh beras. "Produksi beras Januari-Mei 2024 diperkirakan 14,29 juta ton atau lebih rendah 1,55 juta ton (9,78%) dibanding periode sama tahun lalu," kata Maino.

Kementerian Pertanian, sambung Maino, tentunya terus berupaya meningkatkan produksi padi nasional baik intensifikasi berupa memperjuangkan penambahan kuota pupuk bersubsidi dan ekstensifikasi seperti penanaman lahan rawa serta pertambahan indeks penanaman. "Proyeksi adanya La Nina di semester kedua diharapkan menjadi bonus bagi petani untuk terus menanam padi," harapnya.

Terkait produksi padi di bulan April 2024, diproyesikan sebesar 4,9 juta ton gabah kering giling (GKG), yang tersebar di sejumlah wilayah provinsi. Tiga besar diantaranya Jawa Timur (320.565 ton), Jawa Tengah (239.486 ton) dan Jawa Barat (216.876 ton).

Masuknya panen raya padi ini tentunya mempengaruhi harga gabah petani. Maino mengaku terjadi penurunan harga dalam beberapa pekan terakhir hingga berada Rp 6.500  GKG. Padahal di bulan Maret lalu, harga gabah masih bertengger diatas Rp 7.100 per kg, namun masih berada di atas ketentuan HPP  Rp 5.000 per kg.

Direktur Transformasi dan Hubungan Kelembagaan Perum BULOG, Sonya Mamoriska mengatakan, pembelian gabah petani sedianya diperuntukan untuk penguatan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) antara 1-1,5 juta ton. Namun apabila menggunakan skema Public Service Obligation (PSO) pihaknya tidak dapat membeli gabah petani selama harga  selama masih di atas HPP. Namun, opsi terbuka apabila menggunakan skema komersial.

Meski begitu, Sonya berharap, pihaknya dapat mulai melakukan pembelian gabah petani di masa puncak panen di bulan April mendatang. Adapun potensi penurunan produksi padi di triwulan I-2024 dibandingkan tahun sebelumnya, BULOG berupaya melakukan cara yang lebih agresif mencari asal sumber gabah petani. "Program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga kita redam dulu," kata dia.

Sonya mengakui, tren pembelian gabah dan beras domestic cenderung menurun dalam beberapa tahun terakhir, meski di tahun 2023. Hingga tiga bulan terakhir, serapan gabah dan beras baru sebesar 24.167 ton.Ini menandakan sumber pasokan beras dalam negeri lebih kecil. "Karenanya, pemerintah menugaskan Perum BULOG mengimpor beras sebagai opsi memperkuat CBP. Tercatat realisasi impor beras mencapai 3,89 juta ton sejak akhir tahun 2022," pungkasnya.

Hingga kini, stok beras yang dikelola BULOG sebesar 1,118 juta ton beras. Adapun diantaranya stok beras komersial sebesar 13.298 ton. Stok beras disebar disesuaikan kebutuhan masing-masing provinsi. Adapun provinsi terbesar stok beras berada di Provinsi Jawa Timur dan Jakarta masing masing sebesar 265.599 ton dan 234.077 ton dengan pertimbangan memiliki fasilitas pelabuhan terbesar guna memobilisasi beras.

Adapun realisasi penyaluran beras PSO BULOG per 25 Maret 2023 mencapai 1,077 juta ton (57,9% dri target). Tiga saluran PSO ini meliputi Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang mencapai 511.375 ton beras (42,6%), bantuan pangan 565.770 ton(85,7%) dan tanggap darurat bencana 61 ton yang jumlahnya akan bertambah seiring sejumlah wilayah terdampak bencana banjir. kbc11

Bagikan artikel ini: