Ketegangan Iran-Israel Berpotensi Ganggu Perdagangan RI

Selasa, 16 April 2024 | 06:05 WIB ET
Mari Elka Pangestu
Mari Elka Pangestu

JAKARTA, kabarbisnis.com: Mantan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu memprediksi ketegangan Iran-Israel berpotensi menganggu kinerja sektor perdagangan Indonesia. Dalam perkembangannya, situasi ini bisa menganggu stabilitas harga atau inflasi di Tanah Air.

"Rantai pasok (perdagangan Indonesia) melalui Kanal Suez akan akan mengalami gangguan. Sehingga (akan) ada gangguan terhadap impor kita, apakah itu (produk) minyak, gandum, maupun produk dari Eropa yang lainnya," kata Mari dalam webinar Eisenhower Fellowship Indonesia di Jakarta, Senin (15/4/2024).

Secara umum, gejolak harga minyak bumi, inflasi dan gejolak harga komoditi yang lain di dunia juga akan memengaruhi ekonomi Indonesia ke depan. Berupa kelanjutan pelemahan rupiah lebih jauh lagi, yield SBN RI yang menurun, dan pasar modal IHSG yang juga ikut terpengaruh.

Nantinya, kondisi sulit ini akan membebani kepada anggaran dan fiskal APBN Indonesia. Hal ini bisa terjadi, utamanya kenaikan harga minyak bumi, karena akan secara otomatis akan menaikkan besaran subsidi BBM yang diimplementasi saat ini. "Kecuali harga BBM-nya mau dinaikkan," terangnya.

Dia pun mewanti-wanti dinamika geopolitik saat ini bisa jadi tantangan pertama yang akan dihadapi oleh pemerintah baru terpilih yang akan dilantik Oktober mendatang. Khususnya, akibat situasi ketidakpastian dan harga minyak bumi global yang cenderung tinggi.

"Di mana dilema kembali lagi mengenai subsidi BBM (dampak ke tekanan fiskal). Kalau kita pernah membayangkan, mungkin itu satu hal yang perlu dilakukan (pemerintah RI) dengan mengurangi subsidi itu," katanya lagi.

Per 12 April 2024, eks Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menyampaikan, Indonesia sudah dihadapkan dengan situasi investor yang ramai-ramai mencabut investasi portofolionya di dalam negeri. Karena mulai memindahkan asetnya ke negara atau aset yang lebih terjamin di tengah gejolak.

Sehingga harga emas dapat meningkat 16%, imbal hasil SBN AS atau bond yield US Treasury tenor 10 tahun, maupun pasar saham Negeri Paman Sam yang juga kompak naik. "Pengaruhnya untuk Indonesia… flight to safety (memindahkan aset portofolio di RI) yang menggambarkan menguatnya dolar AS," bebernya.

Mari menyebut, ketegangan Timur Tengah yang terekskalasi saat ini makin menonjolkan situasi ketidakpastian bagi dunia. Kekhawatiran paling mencolok terjadi serangan langsung Iran ke Israel merupakan yang pertama kali dalam sejarah, sebagai bentuk balasan atas serangan Kedubes Iran di Damaskus awal April lalu.

"(Kelanjutan) eskalasi ketidakpastian dan ketegangan yang terjadi itu jauh lebih besar pengaruhnya ke ekonomi dunia, begitu juga terhadap Indonesia," terangnya.

Kondisinya akan semakin runyam, jika Israel memutuskan untuk merespons dengan serangan balasan sehingga akan menarik pihak-pihak lain, seperti Amerika Serikat dan negara yang tergabung dalam G7 yang selama ini terus mendukung Israel.

Hal ini juga dapat membuat proksi pendukung Iran seperti Turki dan Rusia ikut menaikkan skala eskalasi perang ini. Meski begitu, Marie memperkirakan eskalasi tersebut akan cenderung rendah karena pertimbangan domestik AS sendiri.

"Saya rasa (kelanjutan eskalasi perang Iran-Israel) merugikan Amerika, if their drown into the war it is really going to be negative for them. Baik dari resources yang harus dikeluarkan, dan jangan lupa ini election year (Pemilu) di AS juga akan sangat mempengaruhi election di sana," sebutnya.

Mari menyebut akan sulit mengharapkan sekutu Israel seperti Negara G7 untuk membantu karena pertimbangan sumber daya apabila tensi perang berlanjut. Menurutnya, negara yang tergabung di G7 sudah kalang kabut mengamankan rute perdagangan di Laut Merah akibat gangguan yang sudah terjadi dari berbagai serangan Houthi Yaman.

"Mereka (Negara G7) sudah mengeluarkan banyak resources, mereka juga khawatir kalau mereka sekarang harus terlibat dalam perang (Iran-Israel). Apalagi mengamankan Selat Hormuz karena dengan kejadian yang terjadi dan Iran sudah menyetop salah satu kapal di Selat Hormuz, sehingga ini menjadi kekhawatiran," pungkasnya. kbc11

Bagikan artikel ini: