Tahun lalu, Indonesia ekspor mainan senilai US$319 juta

Selasa, 23 April 2019 | 06:47 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat, industri mainan menjadi salah satu sektor manuaktur yang mampu memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional. 

Sepanjang tahun 2018 lalu, nilai ekspor mainan anak mencapai US$319,93 juta atau naik 5,79 persen dibanding capaian tahun lalu sebesar US$302,42 juta.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, industri mainan nasional telah menunjukkan daya saingnya di kancah global. Hal tersebut, kata dia, sekaligus mampu membuktikan bahwa Indonesia termasuk dalam negara-negara produsen utama untuk beberapa produk mainan unggulan yang telah mendunia.

“Untuk itu, pemerintah akan terus pacu pengembangan industri mainan di dalam negeri,” kata Airlangga dalam keterangan pers, Senin (22/4/2019).

Dipaparkannya, sektor tersebut tergolong industru padat karya dan berorientasi ekspor. Pada tahun 2017 berdasarkan catatan Kemenperin, nilai investasi industri mainan di Indonesia mencapai Rp 410 miliar dengan jumlah tenaga kerja yang diserap sebanyak 23.116 orang.

Dia mencontohkan, PT Mattel Indonesia merupakan salah satu produsen mainan yang telah menyerap tenaga kerja sebanyak 10 ribu orang dengan nilai ekspor dalam kurun lima tahun terakhir rata-rata di atas 150 juta dolar AS per tahun.

Pihaknya juga mengapresiasi kinerja produksi industri tersebut sebab Indonesia adalah produsen boneka merek Barbie terbesar di dunia yang dihasilkan oleh PT Mattel Indonesia. Perusahaan itu, kata Airlangga, memasok 60 persen produknya ke seluruh pasar global atau telah mengungguli produksi China.

“Jadi, enam dari sepuluh boneka yang beredar di dunia itu berasal dari Indonesia, dibuat dengan tangan-tangan terampil anak bangsa kita,” kata dia.

Lebih dari itu, dia menjabarkan, Indonesia memiliki pabrik mobil dengan kapasitas produksi yang cukup besar mencapai 50 juta unit per tahun. Pabrik Hot Wheels di Cikarang milik PT Mattel Indonesia merupakan salah satu industri mobil mini yang kapasitasnya lebih besar 50 kali dari industri otomotif sungguhan.

Tak hanya dari segi jumlah produksinya yang meningkat, lanjutnya, pabrik tersebut dinilai sudah mengaplikasikan teknologi industri 4.0 pada proses produksinya. “Selain mampu memproduksi Barbie dan Hot Wheels yang berkualitas, perusahaan ini juga memiliki kemampuan engineering lokal yang punya inovasi luar biasa membuat mesin canggih sendiri,” ujar dia.

Menurutnya, dalam upaya memacu daya saing industri mainan nasional, pemerintah telah berupaya melindungi produk dan pasar dalam negeri serta menghindari gempuran produk impor yang tidak berkualitas melalui penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI). Implementasi SNI tersebut diproyeksi mampu meningkatkan kompetisi dan kapasitas produk dalam negeri.

Selain itu, Airlangga menjelaskan, pemberlakuan SNI memberikan jaminan terhadap produk yang masuk ke pasar domestik merupakan yang berkualitas dan aman bagi konsumen serta menembus pasar ekspor. Adapun standar produk yang diterapkan merupakan technical barrier yang dapat diterima oleh seluruh negara.

“Karena kan harusmemberikan efek positif. Seperti dapat menjamin keamanan, keselamatan, dan kualitas produk,” kata dia.

Sementara itu Ketua Asosiasi Mainan Anak (AMI) Sutjiadi Lukas memproyeksi, industri mainan dalam negeri pada tahun 2019 dapat tumbuh sebesar 10 persen secara tahun ke tahun. Apalagi, kata dia, potensi bisnis mainan di dalam negeri cukup prospektif sebab Indonesia merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar di kawasan ASEAN.

“Dengan angka kelahiran rata-rata 4,5 juta jiwa per tahun, Indonesia dapat menjadi pasar terbesar se-Asia Tenggara,” kata Lukas.

Selain memenuhi kebutuhan pasar domestik, AMI pun menggenjot industri mainan nasional agar semakin agresif mempeluas pasar ekspor. Tutupnya beberapa pabrik mainan di Vietnam membuat peluang industri mainan di Indonesia kelimpahan pesanan. Untuk itu pihaknya mengajak seluruh pelaku industri untuk terus meningkatkan kinerjanya.

Guna menumbuhkan gairah bisnis mainan di dalam negeri, menurutnya Indonesia membutuhkan investasi baru. Salah satu strateginya, lanjut dia, AMI akan menyelenggarakan kembali pameran yang diikuti enam negara pada 18-20 Juni 2019 mendatang di JIExpo Kemayoran, Jakarta. “Dalam pameran ini bakal ditampilkan teknologi produksi mainan terbaru,” kata dia.

Seperti diketahui, pada tahun lalu AMI telah meneken nota kesepakatan (MoU) dengan Chaiyu Exhibition berkenaan dengan kerja sama antara pengusaha Indonesia dan China. Dengan kolaborasi tersebut, diharapkan perusahaan mainan asal Cina dapat berinvestasi membangun pabrik di Indonesia, terutama untuk memproduksi komponen seperti gear box, baut dan keypad. kbc10

Bagikan artikel ini: