Pacu kinerja, PJT I bangun PLTS terapung di tiga waduk

Senin, 10 Februari 2020 | 21:54 WIB ET

SURABAYA, kabarbisnis.com: Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dituntut untuk memiliki performa kinerja yang bagus dengan perolehan laba besar, Perum Jasa Tirta (PJT) I terus melakukan terobosan. Kali ini, BUMN yang ditugasi untuk mengelola Sumber Daya Air tersebut berencana membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung di tiga waduk atau bendungan, yaitu di Wonogiri Jawa Tengah, Sutami atau Karangkates, dan Selorejo.

“Untuk PLTS terapung yang dicoba di Wonogiri, Sutami dan Selorejo. Di Wonogiri kapasitas 200 Megawatt (MW), Sutami dan Selorejo masing-masing 150 MW. Saat ini sedang melakukan perbincangan dengan PLN, diharapkan tahun ini seluruh dokumen yang diperlukan selesai sehingga secepatnya direalisasikan dan bisa selesai tahun 2021 atau maksimal 2022,” kata Direktur Utama PJT I, Raymond Valiant Ruritan di Surabaya, Senin (10/2/2020).

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa langkah PJT I untuk membangun PLTS terang adalah salah satu langkah strategis dalam pengembang bisnia guna meningkatkan pendapatan di masa yang akan datang. Hal ini mengingat saat ini sebagian besar energy yang digunakan oleh masyarakat Indonesia adalah energi dari fosil yang tidak terbarukan.

“Optimis share terbesar dari ketahanan energy. Tentang nilai, nilainya bisa berapa saja, tergantung pada nilai pembelian. Tetapi yang terpenting adalah ketahanan energy. Karena sebagian besar energi yang kita gunakan saat ini adalah dari fosil,” ungkap Raymond.

Adapun biaya yang dibutuhkan untuk membangun PLTS terapung dengan kapasitas 200 MW diperkirakan akan mencapai Rp 1,8 triliun hingga Rp 2,1 triliun. Karena biaya yang dibutuhkan cukup besar, maka PJT I akan menggandeng anak perusahaan PLN dan investor dari Uni Emirat Arab.  “Dengan investor dari Uni Emirat Arab, kami sudah beberapa kali bertemu,” ujarnya.

Terkait target pendapatan di tahun ini, ia mengatakan mencapai Rp 600 miliar, naik dibanding realisasi tahun 2019 yang mencapai Rp 550 miliar. Sebagian besar pendapatan diperoleh dari Biaya Jasa Pengelolaan Sumber Daya Air (BJPSDA) mencapai 75 persen hingga 80 persen, selebihnya dari usaha lain seperti pariwisata, air minum, air bersih dan sewa alat keruk.

“Capex PJT I tahun ini mencapai Rp 180 miliar yang akan digunakan untuk pegelolaan air minum, air bersih, listrik dan peralatan yang dipakai untuk mengoperasikan prasarana pengairan,” pungkasnya.kbc6

Bagikan artikel ini: