Masuki era new normal, digitalisasi konstruksi bisa jadi solusi

Rabu, 29 Juli 2020 | 22:00 WIB ET

SURABAYA, kabarbisnis.com: Adaptasi masa new normal di tengah pandemi Covid-19 memaksa seluruh pemangku kepentingan termasuk pelaku bisnis bersiap diri. Bukan hanya untuk memutus penularan wabah global namun juga menjaga kesinambungan bisnis itu sendiri.

Salah satu upaya yang ditawarkan adalah pemanfaatan teknologi digital di sektor konstruksi.

Ketua Komite Tetap Konstruksi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Surabaya Ryan Sutanto menuturkan, peran teknologi digital sangat membantu dunia konstruksi pada masa pandemi maupun ketika memasuki new normal.Prinsipnya baik owner , arsitek dan kontraktor tetap dapat bekerja sesuai adaptasi norma-norma baru.

Tentunya adaptasi ini disesuaikan dengan mengurangi kontak fisik antara dengan orang lain serta menghindari kerumunan. Menurutnya pandemi covid 19 juga mengakibatkan terhambatnya supply chain material proyek akibat pabrik menurunkan kapasitas produksi dan produksi enggan memperbesar stok. .

”Karena itu kita membuat Software Manajemen Konstruksi  bernama progresi .Pengerjaan proyek dari sejak perencanaan dan pengawasan proyek dapat dilakukan secara daring melalui handphone,” ujar Ryan dalam webinar yang digelar Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) bersama Kadin Kota Surabaya dan Perhimpunan Perusahaan Real Estate Indonesia (REI) - bertajuk NEW NOW: Sektor Properti dan Konstruksi di Indonesia di  Surabaya, Rabu (29/7/2020).

Di dalam webinar yang dihadiri lebih dari 200 peserta yang terdiri dari pelaku usaha dan civitas akademika.tersebut, Ketua Umum Kadin Surabaya Andi Affandi,S.M, M.MT berharap melalui komunikasi virtual ini bukan hanya formalitas belaka. Namun lebih jauh,semua pemangku kepentingan dapat menerapkan dari kaidah ilmu yang diperoleh .Selain itu, Andi juga berharap terdapat peluang kerjasama antara Kadin Surabaya dengan ITS dan pelaku industri konstruksi dan properti ke depan .

Wakil Purek IV ITS Bambang Pramujati, PhD mengatakan, pandemi covid 19  yang memberi efek domino terhadap seluruh properti di seluruh dunia. Bukan hanya sektor properti yang terdampak namun juga sektor lain yang terkait seperti industri MICE . Para pelaku bisnis harus beradaptasi, misalnya menggencarkan promosi dan pemasaran melalui media sosial.

Begitu pula halnya dengan ITS. Menurut Bambang, ITS sebagai sarana riset dan penelitan yang lebih beriorientasi kebutuhan dan manfaat yang akan diperoleh masyarakat. Misalnya desain produk properti yang dibutuhkan bukan lagi berkaitan dengan kenyamanan. Di era adaptasi norma –norma baru faktor keamanan dan kesehatan juga menjadi penentu.  Menurutnya, desain gedung desain harus dipastikan mempertimbangkan sirkulasi udara yang baik. Tidak menggantungkan penggunaan air conditioner (AC).

Ryan kembali menjelaskan, stakeholders proyek dapat memonitor proyek secara real time berbasis data,visual dan analisa dengan teknologi cloud system terintegrasi secara terstruktur dan akurat . Aplikasi ini juga dapat mengidentifikasi isu yang berpotensi berdampak kepada jadwal juga budget.

”Mereka dapat berdiskusi dan  mengukur isu-parameter proyek baik biaya, mutu, waktu dan Kesehatan, Keselamatan dan Kesejahteraan (K3) manusia yang bekerja. Dengan informasi terus di up-to-date efisiensi dan percepatan komunikasi semua stakeholder lebih mudah dilakukan. Lebih penting melalui teknologi, akan membangkitkan keputusan berbasis data dan meningkatkan produktivitas,” jelas Ryan yang juga praktisi konstruksi sejak 10 tahun terakhir.

Ryan mengingatkan tanpa wabah pandemi pun sektor konstruksi tengah menghadapi persoalaan serius. Merujuk sebuah riset global salah satu indikatornya adalah rendahnya produktivitas lebih dua kali dibandingkan sektor manufaktur. Padahal keduanya memiliki kemiripan seperti tenaga kerja yang intensif,penggunaan peralatan dan teknologi yang massif.

Hal ini disebabkan sekitar peluang 50% pengerjaan proyek konstruksi mengalami cost over budget yang disebabkan kesalahan tata kelola dan operasional. Gilirannya menyebabkan waktu pengerjaan mengalami keterlambatan dari target yang ditetapkan. Sementara, sejak 20 tahun terakhir mengalami kenaikan upah tenaga kerja lebih dari 100%.

Sektor konstruksi juga berkontrubsi 20% terhadap ekosistem . Adapun 8 dari 100 tenaga kerja mengalami kecelakaan kerja. Ini fenomena umum,” terang Ryan seraya mengutarakan latar belakang dibuatnya platform progesi ini sebagai pentahapan menuju konstruksi 4.0 sekaligus guna mencegah terjadinya kesalahan dalam perencanaan dan administrasi proyek.

I Putu Artama Wiguna, MT, Ph.D, Kaprodi Pascasarjana ITS mengatakan, para pelaku konstruksi dapat menerapkan Instruksi Menteri PUPR Nomor 2/IN/M /2020 tentang Protokol Pencegahan Penyebaran Covid-19 Dalam Penyelenggara Jasa Konstruksi. Diantaranya penyediaan tempat ibadah yang dibatasi jumlah pada jalur akses dan peserta dan menggunakan jamaah alas sendiri.Juga penyediaan transportasi pekerja , mass/bareak dan petugas, penyediaan makanan dan fasilitas toilet umum.

Meski diakui terdapat sejumlah tantangan di lapangan seperti kesadaran SDM terkait protokol kesehatan. “Misalnya sorang tukang atau mandor tentu akan kesulitan menggunakan masker .Atau kalo toh dipakai tidak proposional . Selain itu kewajiban menyediakan karantina 7 hari bagi pekerja luar kota yang akan menganggu pekerjaan. Memang dibutukan satgas covid 19 yang aktif melakukan sosialiasi,” terangnya.

Dia juga tidak menampik Instruksi Menteri PUPR ini  tidak memuat sanksi apabila pelaku konstruksi mengindakahkan protokol kesehatan. Namun, apabila tenaga kerja terpapar covid 19, maka pelaku usaha itu sendiri yang mengalami kerugian finansial karena pengerjaan proyek akan terhenti .

Rumahkan 4,1 juta pekerja

Sementara Ketua Umum REI Totok Lusida mengakui, industri properti menjadi sektor yang paling terdampak akibat wabah pandemi Covid-19 yang mulai terjadi sejak Maret 2020. Menurut Totok, hingga tiga pekan lalu industri properti telah merumahkan 4,1 juta pekerja.

Meski pemerintah telah melakukan melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) , namun hal tersebut belum berdampak terhadap iklim bisnis  industri properti. Misalnya mall masih mengalami penurunan hingga 85%. Begitu juga okupansi hotel yang anjlok 90%. Sementara perkantoran 74,6%.  Adapun penjualan di rumah hunian turun antara 50-80%.

Menurutnya, hanya segmen penyediaan rumah rakyat atau bersubdisi yang masih bertahan di masa pandemi Covid-19. Bahkan konsumen sanggat antusias terutama di daerah. Setidaknya,  pengembang di segmen ini 5.507 merupakan UMKM dengan modal dibawah Rp 10 miliar..

REI, sambung Totok, telah mengusulkan agar perbankan berkenan melaksanakan restrukturisasi kredit tanpa mengurangi peringkat kolektabilitas pengembang. Hanya saja usulan tersebut terkendala karena dari 300.000 debitur merupakan karyawan kontrak. “Sekitar 90 peren dari mereka yang melakuan restrukturisasi kredit,” jelasnya.

Selain itu, REI juga mengusulkan penghapusan dan keringanan BPHTB ke Pemkot Surabaya. Namun usulan tersebut ditolak DPRD, meski Pemda telah menyetujuinya.kbc11

Bagikan artikel ini: