Thomas Lembong waspada rencana tax amnesty oleh Trump

Jum'at, 18 November 2016 | 13:35 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong mengatakan, Indonesia perlu mewaspadai kebijakan presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

Thomas mewaspadai wacana penerapan kebijakan ekonomi proteksionisme yang akan dianut oleh Trump. Rencana Trump untuk menaikkan tarif impor dan memutus tali perdagangan yang selama ini terjalin berpotensi mengerutkan volume perdagangan global.

Tak hanya itu, mantan manajer investasi itu juga mewaspadai wacana diberlakukannya program pengampunan pajak yang akan dilakukan oleh pengusaha properti itu.

Wacana tersebut berhembus usai Trump mendapatkan masukan dari para penasehat ekonominya terkait stimulus fiskal yang akan diterapkan di negeri Paman Sam itu. Trump memang berencana memberikan kemudahan pajak bagi pebisnis yang selama ini memberikan keuntungan besar bagi AS.

"Memang ini lucu, banyak orang yang memprediksi Donald Trump akan meniru Presiden Jokowi dalam tax amnesty. Tapi itu mungkin saja terjadi karena banyak perusahaan AS yang menyimpan uangnya hingga US$2 triliun di luar khususnya Eropa, kalau itu terjadi bisa terjadi repatriasi besar-besaran dari Eropa dan AS, itu salah satu contoh yang harus kita waspadai," ujar Thomas dalam DBS Economic Outlook, Kamis (17/11/2016).

Menurutnya, saat ini negara-negara maju saat ini cenderung menerapkan kebijakan yang tidak rasional seperti proteksionisme, Hal ini berkebalikan dengan negara-negara berkembang (emerging market) yang tengah gencar melakukan reformasi kebijakan agar lebih ramah terhadap dunia bisnis.

"Dunia saat ini tengah jungkir balik. Negara-negara maju yang biasa berbicara rasional justru sekarang, mohon maaf, jadi sedikit ngawur," katanya.

Meski demikian, ia menjamin sentimen negatif di pasar keuangan Indonesia tidak akan berpengaruh ke iklim investasi. Sehingga akhir tahun, target investasi BKPM masih tetap Rp594,8 triliun, hingga kuartal III-2016, realisasi investasi sudah mencapai Rp 453,4 triliun.

"Untuk sementara sejauh ini tidak ada revisi untuk target investasi baik untuk tahun ini, tahun depan serta tahun berikutnya. Hemat saya perkembangan seperti itu tidak menjadi alasan untuk kita bekerja atau tidak berkinerja," ujarnya. kbc10

Bagikan artikel ini: