Kasus Covid-19 masih tinggi, BKPM belum berniat revisi target investasi

Selasa, 27 Juli 2021 | 21:21 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Presiden Joko Widodo menetapkan target investasi tahun 2021 ini sebesar Rp 900 triliun. Bukan persoalaan mudah untuk mengejarnya mengingat kasus Covid-19 saat ini justru memasuki fase puncak kedua.

Menteri Investasi dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadia menuturkan pihaknya tetap konsisten berupaya mengejar target realisasi investasi tahun ini. Bahlil mengakui , dirinya belum terpikir untuk merevisi target tersebut.

"Memang harus saya akui, kuartal III tantangannya besar karena kita mengalami kenaikan kasus Covid_19, paling tinggi sejak Covid-19 masuk Indonesia, tapi mau revisi target? Belum terpikir," ujar Bahlil dalam keterangan pers secara virtual, Selasa (27/7/2021).

Menurut Bahlil, kondisi saat ini memang tidak menyenangkan, namun menjadi sebuah tantangan. Maka harus disiasati dengan berbagai strategi dan inovasi. Dikatakannya, ada beberapa kunci, agar realisasi investasi pada kuartal III mendatang tidak terlalu anjlok.

"Doakan, pertama PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) selesai awal Agustus dan kasus harian Covid-19 semakin baik dan tingkat kesembuhan membaik. Kedua, orang jangan dibuat stres, beritakan yang enak-enak," tuturnya.

Kini, lanjutnya, Kementerian Investasi tengah menjalankan beberapa strategi dan pendekatan. "Kasih kami waktu kerja. Kami kerja siang malam agar realisasi investasi bisa tetap capai target," ujar dia.

Bahlil menyebutkan, akan ada beberapa investasi yang akan masuk. Di antaranya perusahaan Cargill dari Amerika Serikat sebesar Rp 5,2 triliun, dijadwalkan groundbreaking dilakukan pada September atau Oktober tahun ini.

"Ada beberapa juga (investasi) akan masuk, namun kami berkomitmen belum bisa di-announce. Nanti kalau sudah waktunya saya sampaikan, karena saya masuk menjadi Kepala BKPM, motto kami, hanya kepada Tuhan kami percaya manusia butuh data," kata dia.

Dijelaskan beberapa investasi tersebut meliputi dari Australia, Amerika Serikat, serta Korea Selatan. Masing-masing nilai rencana investasinya cukup besar, namun Bahlil masih enggan menyebutkan detailnya.kbc11

Bagikan artikel ini: