Meski Ada Gejolak Geopolitik, Sri Mulyani Optimis Ekonomi RI Tumbuh 5,17%

Minggu, 28 April 2024 | 10:35 WIB ET
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati

JAKARTA, kabarbisnis.com: Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu mencapai 5,17% secara tahunan atau year on year (yoy) pada kuartal pertama tahun ini.

"Pertumbuhan ekonomi kita resilisens kuartal I Kemenkeu memprediksi di 5,17%," ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati seperti dikutip, Minggu (28/4/2024)

Jika tercapai, angka ini lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama tahun lalu yang tercatat hanya sebesar 5,03% yoy. 

Sri Mulyani menjelaskan, perkiraan pertumbuhan ekonomi di atas 5% tersebut sejalan dengan kinerja manufaktur di dalam negeri yang semakin ekspansif.

Tercatat, Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia pada bulan Maret 2024 berada di level 54,2 poin.

Tak hanya itu, Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) Maret juga masih stabil 123,8. Selain itu, Mandiri Spending Index masih dalam posisi kuat di 46,9, yang dipengaruhi momen Ramadan dan Hari Raya Idulfitri 2024.

Adapun konsumsi listrik untuk bisnis juga masih positif, yakni tumbuh 7,5% yoy. Meskipun konsumsi semen pada Maret terkoreksi sebesar 1,9%, setelah dalam dua bulan terakhir pertumbuhannya melonjak tinggi.

"Jadi, secara keseluruhan, konsumen cukup baik, namun harus waspada karena beberapa mengalami koreksi. Baik yang sifatnya koreksi karena musiman seperti Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri maupun koreksi yang struktural dan jangka panjang," ungkap Sri Mulyani.

Meski demikian, Sri Mulyani tetap mewaspadai tensi konflik geopolitik yang terjadi di berbagai belahan dunia saat ini masih dalam status mengkhawatirkan. Membuat perekonomian Indonesia menurutnya akan terdampak.

Saling serang antara Iraq dan Iran pada awal bulan ini akan mempengaruhi harga minyak. Ia mengatakan, harga minyak mentah dunia sudah sempat ke level US$ 90 miliar saat eskalasi konflik di Timur Tengah terjadi. Selain minyak, ia juga mengkhawatirkan potensi gangguan rantai pasokan global.

"Kita terus merespon dan terus membuka kemungkinan adjustmen oleh perekonomian global yang dinamis," ujarnya. kbc10

Bagikan artikel ini: