Sektor Otomotif Dibayangi Kenaikan Suku Bunga Acuan

Jum'at, 26 April 2024 | 11:38 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Melambatnya pasar otomotif nasional pada kuartal I-2024 lalu diperkirakan masih akan dihadapkan berbagai tantangan ke depannya.

Kebijakan Bank Indonesia (BI) yang menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6,25% pada April 2024 ini guna meredam gejolak pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menjadi alasan.

Kebijakan ini bakal membuat para pelaku industri otomotif was-was. Pasalnya, terdapat risiko kredit kepemilikan kendaraan bermotor juga ikut dikerek oleh berbagai lembaga keuangan.

Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiarto berharap, pihak perbankan atau lembaga pembiayaan tidak langsung ikut menaikkan suku bunga kredit untuk kendaraan bermotor. Apalagi, permintaan mobil baru di pasar sedang mengalami perlambatan akhir-akhir ini.

Di tengah era suku bunga acuan tinggi, daya beli sebagian masyarakat turut melemah seiring kenaikan harga barang-barang kebutuhan primer. Alhasil, beberapa konsumen cenderung memprioritaskan kebutuhan tersebut dan menunda pembelian mobil baru sampai suku bunga acuan turun.

Tidak hanya itu, para produsen otomotif juga dihadapkan oleh tren pelemahan rupiah yang banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti ketidakpastian ekonomi dan geopolitik global. Volatilitas kurs memberi dampak negatif bagi pabrikan yang aktif melakukan impor mobil secara utuh atau completely built up (CBU) maupun impor komponen dalam jumlah besar.

Meski demikian, sejauh ini Gaikindo tetap mempertahankan proyeksi penjualan mobil nasional sebesar 1,1 juta unit hingga akhir 2024.

"Kami yakin target tersebut masih bisa tercapai karena masih ada 8 bulan tersisa untuk memaksimalkan penjualan," ujar dia, dikutip Jumat (26/4/2024).

Sepanjang kuartal I-2024, penjualan wholesales (pabrik ke dealer) mobil nasional merosot 23,9% year on year (YoY) menjadi 215.069 unit. Pada periode yang sama, penjualan retail (dealer ke pabrik) mobil nasional juga terkoreksi 15% YoY menjadi 271.423 unit.

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menambahkan, The Fed diprediksi akan membuka peluang penurunan suku bunga acuan mulai Juli 2024. Semestinya hal ini bisa diikuti juga oleh BI dalam memangkas suku bunga acuan di dalam negeri.

Namun, ini dengan catatan inflasi secara nasional dapat kembali ke level yang normal, sehingga BI punya ruang yang cukup untuk menurunkan suku bunga acuan.

"Ketika inflasi normal, daya beli masyarakat akan membaik sehingga permintaan mobil baru juga meningkat," jelas dia. kbc10

Bagikan artikel ini: