Mas Andi: Festival Kopi Jalanan jadi Wadah Kembangkan Bisnis UMKM Kopi Nomaden

Minggu, 13 Agustus 2023 | 09:27 WIB ET

SURABAYA, kabarbisnis.com: Fenomena menjamurnya "Kopi Jalanan" (penjual kopi di jalanan) yang ada di wilayah Surabaya dan sekitarnya, menarik "Ini Indonesia" untuk mewadahi mereka dalam kegiatan "Festival Kopi Jalanan".

Ada sekitar 14 tenant Kopi Jalanan dan 10 tenant Food & Beverage dari Surabaya, Sidoarjo, Gresik, dan Jombang yang ikut dalam kegiatan yang digelar di Rooftop Terminal Intermoda Joyoboyo Surabaya mulai Sabtu (12/8/2023) hingga Minggu (13/8/2023). Mereka menyajikan berbagai racikan kopi dengan ciri khas masing-masing.

"Saya senang dan mengapresiasi Festival Kopi Jalanan ini menjadi wadah untuk menstimulasi barista yang ada di jalanan untuk mengembangkan bisnis mereka, sehingga kebermanfaatannya juga makin terasa," ujar Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Surabaya, H. M. Ali Affandi La Nyalla M. Mattalitti saat berkunjung di Festival Kopi Jalanan (FKJ), Sabtu (12/8/2023) malam.

Menurut penuturannya, mengumpulkan barista yang ia sebut dengan "seniman" kopi jalanan ini gampang-gampang susah. Karena setiap orang punya "taste" sendiri dan penikmat kopi memiliki idealisme sendiri. "Mereka juga berbeda dengan barista yang ada di kafe. Mereka punya ciri khas sendiri," kata Mas Andi, panggilan akrab M. Ali Affandi La Nyalla M. Mattalitti.

Seperti kisah dalam film "Filosofi Kopi", di mana ada banyak barista hebat yang ternyata dikalahkan oleh penyeduh kopi dari desa, karena benar-benar meraciknya dengan cinta di setiap biji kopi.

Sayangnya, keberadaan kopi jalanan ini seringkali dianggap ilegal dan digusur. Skuter Kopi dari Sidoarjo misalnya, yang tergeser, dari semula berjualan di alun-alun Sidoarjo, terpaksa pindah ke Jalan Jenggolo.

"Nah, kali ini mereka difasilitasi oleh Ini Indonesia untuk menunjukkan keberadaan mereka karena banyak mereka ini digeser dan digusur oleh pemerintah," tambahnya.

Beragam kisah para pelaku ekonomi dan barista jalanan yang bisa diangkat dan menginspirasi. Keberadaan FKJ menjadi sarana promosi UMKM nomaden, harus berpindah-pindah di jalanan, yang selama ini termarjinalkan.

"Kadin Surabaya mengapresiasi Pemkot Surabaya yang telah memfasilitasi Festival Kopi Jalanan. Dan insya Allah ke depan, Kadin Surabaya siap berkolaborasi menjadi mitra strategis, bukan hanya pemerintah, tetapi juga komunitas yang memiliki semangat untuk peningkatan kinerja perekonomian," ungkapnya.

Pada kesempatan tersebut, founder Ini Indonesia Dani Ndolops Maulana mengatakan, keinginannya menyelenggarakan FKJ ini bermula dari adanya fenomena baru pascapandemi, di mana banyak sekali teman-teman Kopi Jalanan yang mempunyai background luar biasa. Mereka yang dulunya punya pekerjaan dan kehilangan karena pandemi, akhirnya "iseng" punya ide jualan kopi racik dengan cara bermotor. Mereka ini belum banyak dilihat oleh pemerintah, sering dikejar-kejar Satpol PP.

"Nah, akhirnya kami dari Ini Indonesia berinisiatif membuat FKJ untuk membangun awareness tentang adanya mereka pegiat kopi jalanan, sehingga ke depan, mereka ini selain secara ekonomi akan meningkat, secara jualan mereka lebih aman, karena banyak yang sudah aware kepada mereka," ungkap Dani Ndolops.

Sebelum main event FKJ, ada pra-event yang telah digelar. Pertama, di Jalan Pemuda Surabaya, selanjutnya di Kampung Maspati, dan ketiga kalinya di Jalan Kranggan Kampung Pintar Surabaya.

"Jadi, memang semangat kami ini selain membuat kegiatan, juga ingin melakukan edukasi, apa yang dimiliki masyarakat, yang bisa dijadikan contoh yang baik, itu kita tampilkan. Termasuk Kopi Jalanan. Ini adalah hal positif. Daripada anak muda lari pada hal yang tidak jelas, kenapa tidak kita apresiasi," katanya.

Sejauh ini, Ini Indonesia fokus melakukan edukasi pada pemuda melalui berbagai kegiatan. Selain menyelenggarakan konser musik, juga seringkali menggelar diskusi positif, termasuk kegiatan FKJ "Termasuk Festival Kopi Jalanan ini adalah bentukan kami. Intinya kami membuat kegiatan supaya menarik anak muda, kemudian mereka datang kepada kami hingga kami bisa menyisipkan hal positif. karena anak muda tidak bisa dipaksa dan harus dipancing dulu. Nah, kopi ini pancingan untuk mereka hadir. Ketika mereka hadir, kita sisipkan sesuatu yang positif, ada narasumber yang bisa memberi kisah inspiratif kepada mereka yang bisa dicontoh," terang Dani Ndolops.

Menurutnya, fenomena Kopi Jalanan berbeda dengan fenomena Starbucks Keliling (Starling) di Jakarta. Kalau Starling identik dengan kopi sachet, maka kopi jalanan lebih identik dengan kopi racik hasil olahan barista. Tidak hanya tubruk, mereka memiliki varian bermacam-macam. Dari biji kopi yang diroasting, disajikan secara fresh. "Kami berharap, dengan adanya FKJ, maka mereka akan lebih dikenal dan dihargai sehingga bisnisnya bisa kian tumbuh dan berkembang," pungkasnya.kbc6

Bagikan artikel ini: