Di tengah pandemi Covid-19, ekspor sarang walet melesat ke tiga negara

Kamis, 9 April 2020 | 18:55 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Pelaku usaha sarang burung walet (SBW) boleh bernafas lega, saat China dan juga dunia yang tengah pandemi Covid-19, permintaan terhadap komoditas ini tetap melesat.

Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian (Barantan Kementan) mencatat data lalulintas produk asal sub sektor perternakan yang telah disertifikasi pada triwulan pertama tahun 2020 menunjukkan kenaikan yang signifikan.

"Sejak akhir Januari, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo telah menginstruksikan untuk menyiapkan langkah menjaga kinerja ekspor pertanian. Pengalihan negara ekspor selain Cina, koreksi target Gratieks dan juga relaksasi peraturan," kata Kepala Barantan Ali Jamil di Jakarta, Kamis (9/4/2020).

Seluruh direktorat sub sektor pertanian dan unit kerja pendukung menyusun langkah strategis dan antisipasi dalam kerangka Gerakan Tigakali Lipat Ekspor, Gratieks.

"Alhamdulilah, beberapa komoditas dapat kita pertahankan kinerjanya, termasuk SWB yang ternyata melesat," papar Jamil.

Tercatat di triwulan pertama, pasar ekspor SBW didominasi oleh negara tujuan Hongkong sebanyak 208 ton, Cina diperingkat selanjutnya sebanyak 50 ton dan disusul Singapura Vietnam dan Amerika Serikat masing-masing 11 ton, 8 ton dan 4 ton.

Dan secara nasional, kinerja ekspor komoditas yang dipercaya sangat bermanfaat untuk kesehatan ini adalah bulan Januari membukukan 62,8 ton, Februari meningkat menjadi 89,7 ton dan terus melesat pada Maret 2020 mencapai 126 ton.

Hampir seluruh wilayah di Indonesia kini dapat menghasilkan SBW. Industri hulu hingga hilirnya juga terus bertumbuh. Diperlukan terus pendampingan baik dari pemerintah daerah hingga pusat. Kementan sendiri juga telah menyiapkan KUR yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh pelaku di sektor pertanian.

Dari catatan sertifikasi ekspor SBW di Barantan, di tahun 2018 berhasil diekspor 1,12 ribu ton, meningkat di tahun 2019 sebanyak 1,13 ribu ton dengan harga rata-rata Rp 15 juga hingga Rp 40 juta per kilogram, tergantung negara tujuan dan kualitasnya.

Sebagai otoritas karantina yang menjamin pemenuhan kesehafan dan keamanan produk ini, Barantan telah menyiapkan juga perangkat pengujian berupa laboratorium dan SDM yang mumpuni.

"Sudah menjadi tugas kami, walau dalam kondisi terbatas akibat pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, layanan pengujian dan sertifikasi tetap berjalan. Hal ini guna menjamin produk dapat diterima negara tujuan ekspor tepat waktu. Dan yang pasti bisa turut menambah devisa negara kita," pungkasnya.kbc11

Bagikan artikel ini: