Konsorsium peneliti RI bikin vaksin virus corona

Sabtu, 28 Maret 2020 | 20:46 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Pemerintah melalui Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) membentuk konsorsium riset dan inovasi Covid-19 yang bakal merampungkan vaksin, alat deteksi, dan obat virus corona SARS-Cov-2 dalam waktu 12 bulan.

Menristek Bambang Brodjonegoro menuturkan waktu 12 bulan untuk pengembangan vaksin terbilang cukup cepat, namun akan diupayakan berbagai cara jika sekiranya dapat dikembangkan dalam jangka waktu yang lebih pendek.

Konsorsium terdiri dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), dan beberapa lembaga non kementerian serta perguruan tinggi di Indonesia.

"Seluruh tim peneliti Kemenristek/BRIN sedang berupaya untuk membantu mencegah, mendeteksi, dan merespon secara cepat Covid-19 di antaranya dengan menemukan alat deteksi atau diagnosis, suplemen, obat, dan vaksin untuk pasien Covid-19," kata Bambang saat konferensi video kepada awak media, Kamis (26/3/2020).

Lebih lanjut kata Bambang, ada tiga kegiatan prioritas yang telah disusun oleh tim konsorsium yaitu prioritas jangka pendek, menengah, dan panjang.

Pertama, prioritas jangka pendek. Menurut Bambang, tim konsorsium berfokus pada penelitian dan kajian sistematik misalnya penelitian terkait tanaman herbal yang berpotensi untuk mencegah Covid-19.

Misalnya, jahe merah, meniran, sambiloto, echinaceae, temu lawak, lada hitam, serai, kunyit, kayu manis, seledri, cengkeh, kulit manggis, daun kelor, kulit jeruk, dan jambu biji.

"Prioritas jangka pendek juga mencakup pengembangan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker, hand sanitizer, sterilization chamber (tenda sterilisasi virus corona), dan pengkajian terhadap persediaan bahan alami sebagai peningkat imun tubuh," jelas Bambang.

"Penelitian juga perlu dilakukan terhadap aspek sosial humaniora, termasuk ketahanan dan perilaku masyarakat, perbandingan kebijakan dan manajemen Covid-19 di negara lain. Beberapa kajian lagi juga mencakup berbagai isu terkait Covid-19 di media sosial," sambungnya.

Kedua, prioritas jangka menengah. Prioritas ini kata Bambang berfokus pada pengembangan dan pengkajian Rapid Test Kit untuk deteksi awal maupun akhir Covid-19.

Selain itu, ada juga pengembangan suplemen, multivitamin, dan immune modulator, pengembangan robot layanan untuk ruangan dengan infeksi virus corona yang tinggi, dan smart infusion pump untuk memasukkan obat dalam tubuh pasien Covid-19.

"Prioritas ketiga dari Konsorsium Covid-19 adalah berfokus pada pengkajian dan pengembangan obat dan vaksin termasuk avigan, chloroquine, dan lainnya," tutur Bambang.

Saat ini tim Konsorsium Covid-19 Kemenristek telah menyiapkan beberapa inovasi, salah satunya LIPI telah membuat prototipe Airborne Sterilizer yang mampu mengeluarkan nano zone yang dapat menangkap dan menghancurkan virus corona SARS-Cov-2.

LIPI dan lembaga non kementerian juga mengembangkan Mobile Disinfection Chamber atau tenda disinfeksi virus corona yang berfungsi sebagai alat sterilisasi untuk uang kertas dan logam. Lalu ada juga APD ramah lingkungan bagi tenaga medis seperti jas lab, penutup kepala, dan masker.

"LIPI saat ini juga sedang menguji beberapa tanaman herbal, maupun obat herbal yang potensial sebagai penguat sistem imun dan obat pencegah atau penghambat virus (antiviral) Covid-19," kata Bambang.

Bambang juga sempat menyinggung soal hasil screening aktivitas terhadap ratusan protein dan ribuan senyawa herbal yang berkaitan dengan mekanisme kerja virus corona SARS-Cov-2.

Hasil dari ribuan senyawa itu dinilai dapat berpotensi mencegah dan menghambat virus corona di antaranya, hesperidin, rhamnetin, kaempferol, kuersetin, dan myricetin yang terkandung dalam jambu biji merah, daun kelor, dan kulit jeruk. kbc10

Bagikan artikel ini: