Sri Mulyani: Virus corona berpotensi gulung perekonomian global

Selasa, 28 Januari 2020 | 22:03 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai virus corona yang mewabah di China berpotensi mengakibatkan ketidakpastian global kembali meningkat. Padahal, di akhir 2019, sejumlah lembaga dunia sempat menunjukkan geliat optimisme dengan laporan outlook 2020.

"Tahun 2020 ada optimisme. Namun dengan waktu hanya kurang dari seminggu, optimisme itu kemudian berbalik. Semua outlook (padahal) menggambarkan dunia mengalami recovery 2020," ujar Sri Mulyadi di Jakarta, Selasa (28/1/2020).

Sri mengatakan menjelang akhir tahun terjadi peningkatan ketegangan Amerika Serikat (AS) dengan Iran. Kemudian, virus corona muncul dan menyebarkan kepanikan global. Akibatnya, ketidakpastian ekonomi dunia yang baru saja mereda kembali meningkat.

"Memasuki Januari, muncul ketegangan AS dan Iran, lalu muncul virus corona . Ini menimbulkan pesimisme yang menggulung ekonomi pada Januari ini," ujarnya.

Di sisi lain, Menkeu menuturkan munculnya virus corona turut membuat perekonomian di Negeri Tirai Bambu mengalami kontraksi. Padahal, pada Januari atau memasuki tahun baru China, pertumbuhan konsumsi di negara tersebut meningkat. “Tapi dengan adanya virus corona, maka seluruh potensi perekonomian China dari domestik faktor, enggak terealisasi," ujarnya.

Hal ini,menurut Sri Mulyani memberi gambaran kondisi global yang volatile memberi kewaspadaan ekstra bagi pemerintah untuk menjaga perekonomian tetap tumbuh sesuai target. Dia pun mengatakan dengan segala ketidakpastian global yang sering berubah, setiap negara harus bersiap untuk menghadapi risiko-risiko yang mungkin timbul dari kondisi global yang serba tidak menentu tersebut.

"Risiko itu bisa unpredictable dan very volatile, jadi semua negara wajib selalu mewaspadai dan siapkan instrumen kebijakan dalam menghadapi satu sisi keinginan untuk terus tumbuh. Sekarang ini unpredictable dan volatilitasnya diakui menjadi sangat tinggi dan sering enggak terbaca oleh yang namanya risiko," ujarnya.

Kesempatan terpisah, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan realisasi investasi dari China belum begitu terpengaruh wabah virus corona.Menurut Bahlil apabila diukur sekarang, dampak dari virus corona belum terlalu signifikan ke realisasi investasi dari China.

"Kalau BKPM akan mengukur seberapa besar pengaruh virus corona ini. Pada Februari akhir baru bisa kami lihat. Tapi tren realisasi di bulan pertama itu normal," kata Bahlil.

Bahlil mengatakan selama ini peningkatan investasi China cukup tinggi di Indonesia. Bahkan, saat ini realisasi investasi dari China ke Indonesia telah menempati urutan kedua, atau menggeser realisasi investasi dari Jepang.

Beberapa waktu yang lalu, Bahlil mengatakan realisasi investasi China yang masuk ke Indonesia mencapai angka US$13,1 miliar. "Perlu kami sampaikan, realisasi investasi China di Indonesia itu sudah tembus urutan dua mengalahkan Jepang. Nanti akan kami rilis datanya," tutur dia.

Hingga saat ini, kata Bahlil dari BKPM belum ada gejala virus corona yang akan memengaruhi realisasi investasi di Indonesia. Bahlil pun menekankan Indonesia tidak boleh hanya berfokus pada satu negara untuk melakukan investasi, semuanya harus dibuka.kbc11

Bagikan artikel ini: