Mekanisasi sukses bikin milenial lirik usaha pertanian

Selasa, 21 Mei 2019 | 21:22 WIB ET
Dirjen PSP Sarwo Edhi dan Sesditjen PSP Mulyadi Hendiawan.
Dirjen PSP Sarwo Edhi dan Sesditjen PSP Mulyadi Hendiawan.

JAKARTA, kabarbisnis.com: Mekanisasi pertanian yang gencar dilakukan Kementerian Pertanian (Kementan) sejak 2015 memicu generasi milenial kembali ke sektor pertanian. Melalui pemberian alat mesin pertanian (alsintan) telah memangkas biaya usaha pertanian sekaligus meningkatkan pendapatan petani.

Sampai tahun 2018, sebanyak 438.506 unit alsintan yang diberikan pemerintah kepada para petani.Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhi menyebutkan ada penyusutan jumlah petani muda, sehingga mekanisasi alat pertanian menjadi hal yang mendesak untuk dilakukan.

"Perlu dukungan mekanisasi pertanian, mengubah pola mindset petani dari tradisional ke modern," ujar Sarwo Edhi kepada wartawan di Jakarta, Selasa (21/5/2019). 

Sarwo berpendapat penyusutan jumlah tenaga kerja petani lantaran petani muda enggan kotor, becek dan panas-panasan. Terlebih lagi, upah buruh tani yang semakin tinggi sementara pendapatan dari usaha tani semakin menurun juga menjadi alasan generasi muda enggan bekerja di sektor pertanian.

Karena itu, keberadaan alat dan mesin pertanian yang modern dipandang Kementan mampu menarik petani muda. Tak hanya menarik minat saja, alsintan yang modern juga mampu menekan biaya produksi.

Salah satu pola yang digulirkan adalah Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) melalui kelompok petani.Penerima bantuan alsintan ini bergerak di bidang pelayanan jasa dan mengoptimalisasi penggunaan alsintan.

Dengan adanya UPJA kelompok tani mendapat keuntungan usaha, baik di dalam maupun di luar kelompok tani.Harapannya, menjadi pusat bisnis kelompok tani.Setidaknya lima kabupaten Tuban,Konawe Selatan, Ogan Komering Ilir, Sukarjo dan Batola yang dinilai telah berhasil menjalankan unit bisnis UPJA.

Sarwo mencontohkan pengolahan tanah dengan cangkul membutuhkan tenaga kerja sebanyak 30-40 orang per hari dengan lama kerja 240-400 jam per hektar, dengan biaya mencapai Rp 2 juta-Rp 2,5 juta.Namun, dengan mekanisasi menggunakan traktor, tenaga yang dibutuhkan hanya dua orang dengan waktu kerja 16 jam per hektar, dengan biaya hanya Rp 900.000 hingga Rp 1 juta.

Contoh lainnya, penyiangan secara manual membutuhkan tenaga kerja sebanyak 15-20 orang dengan jumlah tenaga kerja 120 jam per hektar.Biaya yang dibutuhkan mencapai Rp 600.000.

Sementara, dengan power weeder, jumlah tenaga kerja yang diperlukan hanya dua orang dengan jumlah kerja 15-27 jam per hektar, dengan biaya hanya Rp 400.000. Sarwo menambahkan, mekanisasi alat dan mesin pertanian juga sudah memasuki tahap digitalisasi. 

Salah satu contohnya ialah traktor roda empat yang dapat dikendalikan dengan remote control. Selama ini, pemerintah telah menyalurkan bantuan alat dan mesin pertanian sebanyak 350.000 unit. 

Bantuan ini terdiri dari traktor roda dua, traktor roda empat, pompa air, rice transplanter, cooper, cultivator, exavator, hand sprayer, implemen alat tanam jagung dan alat tanam jagung semi manual. Pada 2015 lalu, alat dan mesin pertanian yang telah disalurkan sebanyak 54.083 unit, pada 2016 sebanyak 148.832 unit, serta 2017 sebanyak 82.560 unit. 

Kemudian pada 2018, alsintan yang disalurkan mencapai 112.525 unit. "Alat dan mesin pertanian ini sudah diberikan kepada kelompok tani/gabungan kelompok tani, UPJA, dan brigade alsintan," ujar Sarwo.

Selain itu, Kementan juga ia katakan gencar mengembangkan pertanian modern berbasis korporasi. Daerah yang menjadi contoh antara lain Tuban, Sukoharjo, Konawe Selatan, Barito Kuala, dan Ogan Komering Hilir.kbc11

Bagikan artikel ini: