Gandeng jaringan di tiga negara, PropNex Indonesia incar pendapatan naik 3 kali lipat
SURABAYA, kabarbisnis.com: Di tengah kekhawatiran sejumlah pihak akan kecenderungan stagnasinya pasar di Tanah Air tahun ini, broker properti PropNex Indonesia justru melihat adanya peluang di pasar properti dalam negeri.
Pemegang Master Franchise resmi dari PropNex Singapore Limited ini bahkan menargetkan omzet penjualan tahun ini akan mengalami peningkatan 2-3 kali lipat dibanding tahun 2018 lalu.
CEO PropNex Indonesia, Luckyanto mengatakan, tahun 2018 lalu kinerja PropNex Indonesia sangat moncer. Padahal di awal tahun menurutnya banyak yang wait and see. Namun ternyata banyak transaksi secondary maupun primary market yang di luar ekspektasi.
"70 Persen perolehan transaksi berasal dari pasar primary Market, dimana tahun 2018 banyak developer besar mengeluarkan produk fenomenalnya, seperti PT PP Properti Tbk yang mengeluarkan 3 project sekaligus, dan Ciputra Group yang mengeluarkan lebih dari 4 projectnya sekaligus, serta PT Bhakti Tamara Group dengan 2 project unggulannya di Surabaya," katanya di sela penandatanganan MoU kerjasama pemasaran antara PropNex Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Vietnam di Surabaya, Senin (11/3/2019).
Dikatakan Lucky, sapaan akrabnya, omzet penjualan PropNex Indonesia tahun 2018 lalu mencapai Rp1,5 triliun. Angka ini mengalami lonjakan 3 kali lipat dibanding tahun sebelumnya. Sebanyak 20% dari omzet tersebut merupakan penjualan properti internasional, baik orang Indonesia yang beli properti di luar maupun sebaliknya.
"Kebanyakan orang Indonesia yang beli properti di luar itu memilih Singapura, Malaysia, London dan Australia dengan total penjualan US$15 juta," ungkapnya.
Lucky mengatakan, investor Indonesia yang membeli properti di luar negeri kebanyakan untuk kebutuhan tempat tinggal anaknya yang menjalankan pendidikan luar negeri. Namun, tahun lalu 70% pembelian banyak dilakukan di Australia karena harganya cukup terjangkau bagi investor Indonesia sekitar Rp6 miliar - Rp7 miliar untuk landed house di Melbourne dan Perth, serta properti high rise di Sidney.
"Singapura pun juga masih banyak diminati orang Indonesia meskipun pajaknya cukup mahal tapi akses transportasi dari Indonesia ke Singapura cukup mudah dan banyak direct flight," jelasnya.
Lucky mengatakan, besarnya potensi penjualan properti internasional ini dikarenakan ada upaya kerja sama PropNex Indonesia dengan PropNex Singapura, Malaysia dan Vietnam. Selain itu, regulasi pemerintah yang mendukung investor asing untuk membeli properti di Indonesia juga akan turut mendorong penjualan tersebut.
Dti ahun 2019 ini, pihaknya bertekad untuk fokus di pasar properti internasional, karena melihat peluang investasi asing akan berdatangan ke indonesia dan warga negara Indonesia juga akan mulai menginvestasikan dana mereka di luar negeri terutama negara-negara Asia dan Eropa serta Australia.
"Oleh karena itu kami didukung oleh PropNex Singapore sebagai induk usaha kami, serta partner Join Venture Company kami untuk menggarap pasar internasional terutama warga asing yang ingin menginvestasikan dana mereka di pasar properti Indonesia terutama di Jakarta, Surabaya dan Bali," ujar Lucky.
Tak hanya itu, peluang lain yang dilihatnya adalah banyaknya properti milik WNI di Singapura, Malaysia dan Vietnam, sehingga pihaknya juga memerlukan jasa PropNex di negara tersebut untuk dapat mengelola maupun membantu memberikan benefit layanan kepada para customer.
"Fokus kami tahun ini memang pasar properti internasional, karena kami melihat investor asing yang berpeluang beli di sini khususnya Surabaya, Bali dan Jakarta. Peraturan asing boleh beli sebetulnya sudah ada, tapi diharapkan semakin diperjelas dan dijalankan supaya investor mau datang ke sini untuk meningkatkan devisa kita," ujarnya.
Bahkan tahun ini, lanjutnya, PropNex menilai adanya momen pemilihan umum yang cenderung membuat orang berlomba-lomba menjual asetnya di bawah harga pasar, justru kondisi ini dimanfaatkan oleh investor besar untuk membelinya.
"Banyak investor besar yang melihat peluang bisnis ini. Investor itu menilai bahwa its time to buy karena dijual dengan harga miring. Oleh karena itu kami optimistis omzet penjualan tahun ini akan kembali naik 2-3 kali lipat dari tahun lalu," ujar Lucky.
Di tempat yang sama, CEO PropNex Singapura, Ismail Gafoor menambahkan, hingga saat ini Indonesia merupakan investor terbesar ke empat yang membeli properti di Singapura.
"Kami melihat pasar semakin terbuka lebar, dan ada peluang asing untuk investasi di Indonesia. Jadi bukan hanya Indonesia sebagai investor terbesar kita tapi juga diharapkan sebaliknya," katanya.
Pada acara penandatanganan kerja sama tersebut juga hadir CEO PropNex Malaysia Marcus Teng, serta CEO PropNex Vietnam, Vo Dinh Khanh Duy. kbc7
Usai Gerbang Utama, CitraLand City Kedamean Siapkan Ikon Baru Theme Park
Kalah Gugatan 1,1 Ton Emas dengan Crazy Rich Surabaya, Begini Tanggapan Antam
PLN dan SIG Kolaborasi Dorong Penggunaan Energi Bersih
Pemerintah Pastikan Tak Alihkan Subsidi Energi Fosil ke EBT
Terus Meningkat, Kebutuhan Pekerja Kreatif Digital Diramal 9 Juta Profesional di 2030