Beli jagung Rp4 ribuan per kg, peternak mandiri sumringah

Sabtu, 26 Januari 2019 | 08:56 WIB ET

CILEGON, kabarbisnis.com: Biaya pokok produksi peternak mandiri/skala mikro mampu ditekan seiring bantuan pakan jagung yang diimpor Perum BULOG seharga Rp 4.000 per kilogram (kg) yang disupervisi Ditjen Peternakan dan Kesehatan Kementerian Pertanian (Kementan).

Sekjen Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) Sugeng Wahyudi adanya jagung impor ini diharapkan peternak mandiri mendapatkan harga jagung yang murah. Pasalnya, jagung memberi kontribusi  50%-60% sebagai bahan baku pakan ternak.

Sugeng memberi apresiasi atas keputusan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) yang juga memfasilitasi akses peternak boiler (pedaging red) di Jawa Barat membeli jagung pakan dengan harga wajar.Langkah serupa lebih dulu diberikan kepada peternak layer (petelur).

“Fasilitasi pemerintah ini menjadi legalitas sekaligus akses kepada industri pakan dapat mengolah pakan ternak yang dipesan peternak. Kami berharap,” ujar Sugeng kepada kabarbisnis.com usai mendampingi Dirjen PKH  I Ketut Diarmita dalam acaran pelepasan bantuan  tahap pertama dari 81 ton jagung kepada peternak ayam di Banten, Cilegon, Jumat (25/1/2019).

Kesempatan terpisah, Awan Sastrawijaya,peternak ayam layer (petelur red) dari Bandung mengatakan sekitar 60-70%  peternak telur membuat pakan ternak sendiri. Menurutnya mahalnya harga jagung pakan ternak harus ditebus seharga Rp 6.400 per kg.Harga jagung tersebut semakin mahal mengingat di triwulan ketiga tahun 2018 berada di posisi Rp 4.700 per kg.

Namun, dengan jagung impor yang difasilitasi Kementan dan BULOG, peternak cukup merogoh kocek sebesar Rp 4.200 per kg. Dari selisih harga jagung Rp 1.800 per kg, kini peternak dapat membeli dapat menekan biaya pokok memproduksi telur dari Rp 21.000 menjadi Rp 17.850 per kg.

Turunnya BPP telur ini, jelas Awan merujuk dari komponen jagung yang berkontribusi 50%  dari harga pakan atau setara Rp 900 (50% x Rp 1.800) sebagai complete comfeed.Adapun formula BPP harga telur adalah 3,5 kalinya harga pakan maka diperoleh Rp 3.150 per kg (Rp 21.000-Rp 17.850 per kg)

Dengan menurunnya biaya pokok produksi tersebut, menurut Awan, kini mulai dapat memperoleh margin. Meski porsinya tipis, yakni  Rp 150 per kg dari harga referensi batas bawah yang ditetapkan Kementerian Perdagangan sebesar Rp 18.00 per kg ditingkat peternak.

“Kita dapat memiliki ruang bernafas berternak,kendati  porsi jagung yang didistribusikan masih jauh seperti yang idealnya kita butuhkan. Karena merujuk data Ditjen PKH menyebutkan kebutuhan jagung pakan peternak petelur sebesar 210.000 ton per bulan” terang Awan kepada kabarbisnis.com, Sabtu (26/1/2019)

I Ketut Diarmita mengatakan distribusi jagung kepada peternak kecil terus dilakukan hinga panen raya yang diperkirakan pada akhir Februari-Maret 2018 mendatang.Karenenya, selaku regulator ,Kementan terus berupaya membantu peternak mandiri untuk memperoleh jagung pakan dengan harga wajar sehingga dapat meringankan biaya usahanya.

Prinsipnya , stabilitas harga ayam dan telur diperlukan agar peternak dan konsumen sama-sama diuntungkan.”Kita juga tidak ingin petani akan merugi karena jagung impor,” terangnya.

Sebelumnya, serah terima jagung dilaksakan di Divre BULOG Surabaya (24/1/2019) untuk didistribusikan ke Jawa Barat 1.000 ton, Jawa Tengah 2.000 ton dan Jawa Timur 2.000 ton . Dari hasil rapat koordinasi terbatas menko perekonomian akhir tahun lalu diputuskan  untuk mengimpor jagung 100.000 ton.

Selain Pulau Jawa, jagung impor ini akan diarahkan ke sejumlah titik sentra ternak di Kalimantan, Sulawesi. Namun,porsi terbesar distribusi agung asal Brasil diarahkan ke Jawa Timur yang merupakan sentra ternak utama nasional, khususnya unggas.kbc11

Bagikan artikel ini: