BlackBerry caplok perusahaan AI Rp20 triliun

Selasa, 27 November 2018 | 09:53 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Keputusan BlackBerry untuk serius terjun ke dunia keamanan siber sudah dilakukan sejak beberapa tahun lalu.

Hal itu dilakukan setelah perusahaan asal Kanada ini, tidak lagi memproduksi ponsel sendiri dan memilih memakai sistem outsourcing ke pihak ketiga.

Untuk terus meningkatkan layanannya, BlackBerry dilaporkan baru saja mengakuisisi perusahaan kecerdasan buatan bernama Cylance.

Dikutip dari Digital Journal, Senin (26/11/2018), nilai akuisisi ini mencapai USD 1,4 miliar atau sekitar Rp 20 triliun. Bahkan, aksi korporasi ini diklaim menjadi akuisisi terbesar yang pernah dilakukan BlackBerry.

Sekadar diketahui, Cylance merupakan perusahaan kecerdasan buatan yang didirikan pada 2015. Perusahaan menyediakan layanan untuk memprediksi dan mencegah adanya ancaman berbahaya pada sistem keamanan.

Menurut laporan terbaru, perusahaan sudah meluncurkan lebih dari 14,5 juta endpoint untuk melindungi 3.500 kliennya yang tersebar di seluruh dunia.

Berdasarkan Investopedia, kesepakatan ini menjadi cara BlackBerry untuk masuk ke pasar baru.

Kendati demikian, Cylance tetap akan menjadi unit bisnis tersendiri yang terpisah dari BlackBerry. Menurut CEO BlackBerry John Chen, akuisisi ini menjadi perusahaan untuk memperluas layanan yang ditawarkan perusahaan.

"Kami percaya dengan bertambahnya kemampuan Cylance dengan keunggulan BlackBerry di bidang privasi, secure mobility, dan sistem yang tertanam membuat BlackBerry Spark dapat diwujudkan menjadi Enterprise of Things," tuturnya.

BlackBerry sudah mengukuhkan diri sebagai perusahaan keamanan sejak tahun lalu.

Seperti diungkap Executive Chairman dan CEO BlackBerry John Chen, fokus utama BlackBerry sekarang adalah memboyong software keamanan smartphone untuk korporat dan pemerintah.

"Kami sempat memiliki dua jenis kategori bisnis, satunya perangkat dan satunya lagi pesan instan BBM (BlackBerry Messenger). Namun, saya percaya masa depan BlackBerry justru akan mengandalkan bisnis keamanan siber (cybersecurity)," ucapnya.

Chen juga mengaku, BlackBerry memiliki aset yang banyak dalam sisi keamanan untuk perusahaan korporat. Karena itu, mereka kini juga menciptakan sistem keamanan khusus untuk bisnis dan menjalankannya di Kanada dan Amerika Serikat.

"Namun kami juga ingin meneruskan bisnis konsumen kami karena konsumen juga penting," timpalnya.

Dengan demikian, keamanan siber bisa dibilang menjadi misi utama BlackBerry untuk merangkai kembali bisnisnya lebih mantap, khususnya di Indonesia.

Apalagi, Chen juga menuturkan bahwa jejak rekam perusahaan--khususnya di Amerika Serikat dan Kanada--lebih dominan pada marketshare di sejumlah perusahaan korporat.

"Marketshare kami lebih dominan pada industri perbankan, perusahaan asuransi, kesehatan, hukum, dan tentunya pemerintah. Inilah yang kami anggap sebagai industri yang diregulasikan karena di mata pemerintah peraturannya jelas," tutur Chen. kbc10

Bagikan artikel ini: