RS Terapung Ksatria Airlangga, membelah samudra demi kesehatan masyarakat terpencil

Senin, 12 Maret 2018 | 07:23 WIB ET

SURABAYA, kabarbisnis.com: Impian para dokter dan alumni Universitas Airlangga Surabaya untuk bisa melayani serta mengabdikan diri kepada masyarakat terpencil di sejumlah kepulauan wilayah Indonesia Timur akhirnya terwujud. Rumah Sakit Treapung Ksatria Airlangga mulai beroperasi sejak Oktober tahun lalu dan telah berhasil melakukan tindakan pengobatan di dua pulau terpencil, Bawean dan Kangean

“Di Bawean, jumlah pasien yang berhasil kami tangani mencapai 449 pasien. Kami juga berhasil melakukan operasi bedah kepada 59 pasien dan operasi mata kepada 43 pasien. Dari seluruh operasi yang dilakukan alhamdlillah berhasil dan sukses,” tegas Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitihan Yayasan Ksatria Airlangga, Gadis Meinar di Surabaya, Minggu (10/3/2018).

Di wilayah Indonesia Timur, ujarnya, terdapat banyak kepulauan terpencil yang  terlupakan dan terabaikan. Disana, ada banyak kasus penyakit yang perlu tindakan medis yang akhirnya tidak bisa dilakukan karena tidak ada fasilitas yang memadahi, seperti operasi katarak, hydrosepflus dan lain sebagainya. Dengan mulai beroperasinya RS Terapung ini akhirnya mereka bisa terlayani dan terselamatkan.

Bahkan di Kangean, jumlah pasiean yang ditangani membeludak hingga 1.050 pasien. Yang awalnya ditarget sandar dan melayani kesehatan hanya tiga hari, akirnya diperpanjang hingga seminggu.  “Kami pulang karena persediaan obat telah habis dan kami tidak bisa berbuat apa-apa,” tambah Penanggungjawab Oprasional Kapal Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga, Henry Wibowo.

Dijelaskannya, RS Terapung Ksatria Airlangga dibangun dari sebuah kapal pinisi asli Indonesia. Kapal yang didesain dan dibuat di Galesing Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan ini memiliki panjang 27 meter, lebar 7,2 meter dan bobot 117 Gross Ton (GT). Biaya pembuatan kapal yang didesain menjadi sebuah rumah sakit terapung ini mencapai Rp 4 miliar. Beberapa fasilitas yang dimiliki diantaranya adalah ruang operasi kecil, , ruang strerilisasi, ruang ganti baju OK, laboratorium, gudang obat dan peralatan berada di dek atas. Sedangkan  ruang operasi besar di dek bawah yang bersebelahan dengan ruang pulih sadar.

"Kali ini kami menggelar layanan kesehatan gratis di Pelabuhan Kalimas Surabaya. Sambutannya luar biasa, ada sebanyak 600 lebih warga dan para ABK di Pelabuhan Kalimas yang datang dan mendapat layanan kesehatan. Selanjutnya akan mengadakan pengobatan di Sapeken Sumenep. Bahkan kami juga ingin ke Asmad tetapi semuanya harus diperhitungankan dengan matang. Apa yang dibutuhkan masyarakat disana dan dokter spesialis apa saja yang harus dibawa. Makanya kami selalu melakukan survey dulu sebelum berangkat,” ujar Ketua IKA Universitas Airlangga Hariyanto Basuni.

Ia menuturkan, bersandarnya RS Terapung Ksatria Airlangga di sebuah daerah terpencil tidak hanya memiliki misi melakukan tindakan pengobatan saja, tetapi juga ingin mengubah pola hidup dan prilaku masyarakat terhadap pentingnya kesehatan. Dengan demikian, tingkat kesejahteraan dan ekonomi masyarakat juga akan terangkat. “Kami juga ingin memberikan nilai tambah pada daerah terpencil dan tertinggal tersebut. Sehingga saat kami tinggal, prilaku mereka berubah menjadi lebih baik,” pungkasnya.kbc6

Bagikan artikel ini: