Usaha ritel pailit, owner Hardys rambah e-commerce

Senin, 20 November 2017 | 08:59 WIB ET

DENPASAR, kabarbisnis.com: Tidak mudah bangkit kembali setelah semua usaha yang dirintis bangkrut. Namun bagi pendiri jaringan ritel di Bali, Hardys, I Gede Agus Hardiawan, langkah baru harus dilakukan. Terbukti, kini dia siap membangun e-commerce setelah mampu membayar utang di Bank sebesar Rp2,3 triliun. Sementara, perusahaannya telah diputuskan pailit oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya pada 9 November 2017.

Dia mengaku total aset yang dimiliki Hardys adalah sebanyak Rp4,1 triliun. Jika utang sebesar Rp2,3 triuliun telah lunas, maka akan tersisa Rp1,8 triliun bagi pihaknya untuk kembali bangkit membangun usaha baru.

Hardiawan akan bergelut di toko ritel namun dalam bentuk yang berbeda, yakni mengarah ke e-commerce.

Ide ini tidak muluk-muluk, lantaran pailitnya Hardys sebagai jaringan ritel yang cukup besar di Bali lantaran disebabkan oleh gempuran toko online.

"Begitu proses penyelesaian pailit tuntas, nanti ada saldo, kelebihan itu yang kami gunakan untuk bangkit," kata Hardiawan, akhir pekan lalu.

Menurut Hardiawan pailit bukan hal baru bagi perusahaan-perusahaan besar. Dia mencontohkan hal yang sama pernah dialami Telkomsel maupun Prudential. Walaupun pernah pailit, keduanya justru tetap bisa bangkit. Dia pun mengharapkan hal yang sama pada Hardys agar bisa bangkit lagi.

"Saya ini tinggal menunggu proses kerja kurator, kalau tim kurator ini benar-benar bekerja dengan acuan pengadilan bahwa aset kami dijual dengan harga baik utang-utang kami selesai," tuturnya.

Sebanyak 13 outlet Hardys kini dimiliki oleh PT Arta Sedana Retailindo atas nama Putu Gede Sedana. Sementara, ada 5 outlet PT Hardys Retailindo yang masih atas namanya. Kemungkinan kelima outlet tersebut akan dijual untuk menutupi utangnya. Selain itu, jika masih belum mencukupi, ada 3 hotel dan beberapa properti yang juga akan dijual untuk menutupi utangnya.

"Mudah-mudahan Hardys bisa beroperasi seperti biasa walau bukan atas nama saya lagi, begitu pula dengan asset yang djual bisa dengan harga yang baik tidak grosir," pungkas Hardiawan. kbc10

Bagikan artikel ini: