China gerogoti pasar pupuk NPK, ini antisipasi Pupuk Indonesia

Minggu, 21 Mei 2017 | 16:35 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Permintaan pupuk majemuk NPK non bersubsidi dalam negeri baik di sektor pangan maupun perkebunan terus bertumbuh. Manisnya periuk pasar di Tanah Air ini ternyata juga dinikmati produk sejenis asal China dalam beberapa tahun terakhir.

Atas hal itu, PT Pupuk Indonesia (Persero) berupaya menggenjot kapasitas produksi NPK dengan membangun fasilitas baru disejumlah anak perusahaan. Asal tahu saja, pupuk NPK merupakan pupuk yang memiliki kandungan tiga unsur hara makro yaitu Nitrogen (N), Phospat (P) dan Kalium (K) serta dua unsur hara mikro. Unsur hara yang lengkap dari pupuk NPK dibutuhkan untuk memperkaya nutrisi terhadap tanaman sehingga meningkatkan peluang produktivitas hasil tanam.

Saat ini, kapasitas produksi NPK dari industri pupuk di dalam negeri baru mencapai 3 ,3 juta ton per tahun , sebesar 2,1 juta ton pupuk NPK diantaranya sudah dialokasikan untuk pupuk bersubsidi. Kebutuhan pupuk majemuk ini sendiri ditaksir mencapai 5,5 juta ton terbesar diserap ke sektor perkebunan dan hortikultura.

Kepala Korporat Communication Pupuk Indonesia Wijaya Laksana mengatakan impor pupuk majemuk terutama dari China tidak terelakan karena kapasitas produksi industri pupuk dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan.Tahun 2016, impor pupuk NPK dari China mencapai 650.000 ton.”Padahal tahun 2015, impor pupuk NPK baru sebesar 150.000 ton per tahun,” ujar Wijaya dalam kunjungan wartawan ke pabrik Pupuk Kujang di Cikampek, kemarin.

Pupuk impor dari China lebih kompetitif  karena murahnya harga gas sebagai komponen yang berkontribusi  70 % dari biaya produksi –sebesar US$ 2-3 million metric British thermal unit (MMBtu).  Sementara pabrik pupuk Indonesia membeli gas jauh lebih mahal yakni US $ 8,5-12 MMBtu.

Harga pupuk NPK domestik menjadi mahal yakni US$ 240-250 per ton, maka harga pupuk NPK di dalam negeri sempat mencapai US $ 200 per ton.

Meski,melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 40 Tahun 2016 tentang Harga Gas Bumi untuk Industri Tertentu, sejak Januari 2017 harga gas untuk pabrik pupuk diturunkan menjadi US$ 6 MMBtu.

Manajer Humas PT Pupuk Kujang Ade Cahya Kurniawan mengatakan harga pupuk NPK impor dengan pupuk NPK lokal hampir berimbang, berkisar Rp 3 juta per ton.Beberapa tahun sebelumnya, selisih harganya hampir Rp 2 juta per ton.

Antisipasi Impor

Direktur Produksi Pabrik Pupuk Kujang Maryono menerangkan kapasitas produksi NPK terbesar berada di PT Petrokimia Gresik yakni mencapai 2,6 juta ton.Sejak awal, pembangunan pabrik Petrokimia Gresik didesain untuk memproduksi pupuk majemuk. Sementara porsi urea terbilang minim, hanya 400.000 ton.

Untuk pupuk kujang sendiri baru menghasilkan pupuk NPK 200.000 ton dan akan menambah fasilitas baru sehingga produksi meningkat 300.000 ton. Pupuk Kujang juga mengembangkan produksi NPK blending sekitar 150.000 ton untuk pupuk non bersubsidi.

Adapun pendistribusiannya diarahkan ke Jawa Timur dan diluar Pulau Jawa.Permintaan terbesar pupuk NPK adalah sektor perkebunan diantaranya PT Perkebunan Nasional (PTPN). Harga pupuk NPK non subsidi memang  ”Anak-anak perusahaan Pupuk Indonesia lainnya baru membangun (fasilitas produksi pupuk majemuk red),” terang Maryono.

Maryono menambahkan guna mengantisipasi serbuan pupuk impor tersebut, Pupuk Indonesia sudah menerapkan wajib SNI untuk memastikan mutu produk. “Kita mengusulkan kepada Kementerian Perindustrian ketentuan berlaku bagi semua produk pupuk impor yang masuk ke Indonesia,” harap Maryono.

Wijaya  menjelaskan kembali sejumlah anak perusahaan Indonesia berupaya menggenjot produksi pupuk NPK. Upaya yang dilakukan baik berupa revitalisasi,perbaikan teknologi dan pembangunan fasilitas baru diharapkan akan mampu menekan impor bahan baku, efisiensi produksi dan transportasi.

Sejumlah anak perusahaan Pupuk Indonesia ini diantaranya dilakukan PT Pupuk Sriwijaya tengah menggarap proyek NPK Fused I guna menambah kapasitas produksi yang saat ini i sebesar 100.000 ton.  Sementara PT Petrokimia Gresik telah melakukan proyek revamping (perluasan pabrik red) asam fosfat guna menekan 60 % impor bahan baku pabrik NPK phonska.

Saat ini,Petrokimia Gresik baru mampu memproduksi 200.000 ton phonska, sisanya 400.000 ton diimpor dari Timur Tengah dan Afrika. Petrokimia Gresik juga tengah menggejar penyelesaian proyek Ammurea II yang diharapkan diselesaikan pada akhir tahun 2017 ini akan meningkatkan kapasitas produksi amoniak dari 445.000 ton menjadi 1,1 juta ton dan urea menjadi 1,03 juta ton dari posisi saat ini sebesar 460.000 ton.

Penambahan kapasitas juga dilakukan PT Pupuk Kaltim yang akan membangun NPK kluster mulai 2018.Diharapkan fasilitas baru ini memiliki tambahan produksi hingga 1 juta ton dari kapasitas produksi yang ada sebesar 150.000 ton untuk NPK blending dan 2 x 100.000 ton untuk NPK fushion .

Adapun di kawasan Bintuni, direncanakan kawasan petrokimia. Saat ini,kata Wijaya masih dalam tahap studi kelayakan dan penjajakan bersama dengan mitra strategis.Kementerian Perindustrian berharap proyek ini dapat dituntaskan pada 2021 mendatang.

“Kita baru sadar menggunakan NPK awal tahun  2000,pupuk Indonesia baru gencar mempopulerkan NPK. Karena berbagai pertimbangan lokasi dulu memang dikembangkan di Petrokomia Gresik. Tapi nampaknya mulai kewalahan karena petani makin sadar menggunakan pupuk NPK. Kapasitas produksi pupuk majemuk harus  dilakukan untuk mengurangi subsidi. Jadi harus diantisipasi ,apabila suatu waktu subsidi pupuk dihapus” tutupnya.kbc11

Bagikan artikel ini: