Ini tiga skenario Balitbangtan antisipasi krisis pangan

Selasa, 7 Juni 2016 | 14:57 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Tingginya pertumbuhan penduduk dan semakin menurunnya fungsi lahan pertanian baik kualitas maupun kuantitas juga perubahan iklim dunia menjadi persoalaan dunia. Atas hal itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian (Balitbangtan) menawarkan tiga solusi untuk mengantisipasi menurunnya produksi pangan.

Kepala Balitbangtan Muhammad Syakir di Jakarta, Selasa (7/6/2016) mengatakan, pihaknya menyiapkan tiga skenario aksi untuk mengantisipasi apabila terjadi krisis pangan terjadi di Tanah Air.Untuk skenario pertama apabila beras ditempatkan sebagai sumber karbohidrat.Maka,Balitbangtan fokus menawarkan teknologi intensifikasi produk pertanian bernama penanaman padi jajar legowo super.

Apabila petani menggunakan varietas benih padi  konvensional, potensi provitas hasil tanam sebesar 5,4 ton per hektare (ha). Potensi pendapatan petani pun meningkat apabila petani menerapkan pola tanam jajar legowo.

Sejumlah denfarm Balitbangtan menunjukkan provitas tanaman padi mencapai 8 ton per ha. Pengayaan teknologi pun terus diupayakan, hingga Balitbangtan berhasil merilis pola tanam jajar legowo plus dengan potensi provitas tanam padi yang dihasilkan berkisar mencapai 12-14 ton per ha.

Selain beras, kata Syakir Balitbangtan juga berhasil merilis benih bioteknologi jagung hibrida. Bernama jagung tongkol 2, kelak diharapkan akan mampu mendukung swasembada jagung nasional.

Potensi provitas jagung tongkol 2 ini dapat mencapai 12 ton per ha.Potensi produksinya sangat tinggi mengingat  rerata produksi hibrida jagung petani saat ini sebesar 5-7 ton per ha.

Untuk skenario kedua, sambung Syakir melalui pola ekstensifikasi tanam.Balitbangtan menyiapkan sarana dan prasarana teknologi pertanian seperti pada lahan sub optimal seperti lahan rawa atau lahan tandus.

Adapun skenario aksi ketiga, kata Syakir, dengan terus mendorong upaya diversifikasi pangan selain beras.Syakir meyakini kekayaan sumber daya alam dan keanekaragaman hayati di Tanah Air mampu mendukung hal tersebut.

 

Tiga inovasi unggulan Balitbangtan ini, kata Syakir akan dipamerkan dalam Hari Pangan Sedunia (HPS) pada 28-30 Oktober 2016 mendatang di Boyolali,Jawa Tengah."Di Desa Trayu seluas 100 hektare ada percontohan teknologi padi 'Jarwo Super' dan jagung hibrida tonglkol 2 prolifik,"ujar Syakir disela launching Logo Indonesia World Food Day.

Menurut Syakir tiga skenario aksi atas antisipasi krisis pangan sebagai respon Balitbangtan sebagaimana berulangkali diingatkan FAO. Indonesia pada 1 Juli 2015 lalu,diperkirakan memiliki penduduk 255,7 juta.

Kondisi tersebut,selayaknya harus diantisipasi sejak dini. Pasalnya permbuhan penduduk yang mengikuti deret ukur, sementara peningkatan kebutuhan pangan mengikuti deret hitung.

Karenanya, pengembangan iptek pertanian yang dapat memaksimalkan hasil pertanian menjadi jawabannya. "Revolusi hijau terbukti dapat meningkatkan hasil produksi pertanian sehingga manusia terhindar dari kelaparan," pungkasnya.kbc11

Bagikan artikel ini: