Ekonomi Global Masih Sulit, BTN Optimistis Penjualan Hunian Tetap melejit

Rabu, 31 Januari 2024 | 11:01 WIB ET

SURABAYA, kabarbisnis.com: Kinerja ekonomi nasional tahun ini masih dibayangi sejumlah challenge GEO politik yang masih meruncing dan rumit. Perang Rusia-Ukraina dan perang Palestina-Israel yang masih belum reda turut menyebabkan ekonomi dunia masih belum mampu bangun.

Kondisi tersebut diperparah dengan belum membaiknya perang dagang antara Tiongkok dengan Amerika serta masih lambatnya penurunan inflasi dalam negeri menjadi faktor kinerja ekonomi Indonesia di tahun ini diprediksi hanya mampu tumbuh 4,9% hingga 5,0%.

Hal ini diungkapkan oleh Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu saat acara Outlook Ekonomi 2024 yang digelar di Surabaya, Selasa (30/1/2024) malam. Kegiatan Outlook ekonomi 2024 ini menurutnya didedikasikan kepada nasabah prioritas BTN agar mereka mampu membaca kondisi ekonomi, baik nasional maupun global.

"Karena teman-teman pengusaha perlu di-update informasi penting tentang tren ekonomi hari ini dan kedepan. Ini bagus karena mereka dibekali kemampuan membaca kedepan dan bagaimana memitigasi risiko. Mereka harus tahu kondisi market seperti apa, Suku bunga seperti apa, pertumbuhan ekonomi seperti apa supaya kedepan mereka bisa mitigasi risiko lebih awal," terangnya.

Prediksi yang sama juga diungkapkan oleh Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Pahala Nugraha Mansury, bahwa kondisi tren geo politik dunia saat ini tengah terjadi kecenderungan pengalihan perdagangan dan investasi ke negara like-minded.

Penerapan tarif untuk impor dari RRT ke AS telah menurunkan jumlah impor dari RRT ke AS 7,2% atau sekitar US$ 225 miliar pada periode 2017-2023.Di sisi lain naikkan impor dari Meksiko 2%. "Implikasinya, Ekonomi dunia semakin terfragmentasi. Pertumbuhan dunia diperkirakan akan semakin turun. Perdagangan global turun 4,5% atau sebesar US$ 1,5 triliun di 2023," terang Pahala Nugraha Mansury.

Disisi lain, pada tahun ini juga diperkirakan dampak perubahan iklim akan semakin terasa sehingga transisi energi memainkan peran penting dalam pencapaian target penurunan emisi.

"Dampaknya, semua negara berlomba-lomba untuk transisi energi menuju energi baru dan terbarukan. Demand untuk energy transition minerals, dan mineral lain untuk teknologi tinggi akan semakin meningkat," tandasnya.

Bahkan WTO memperkirakan fragmentasi ekonomi akan menurunkan GDP global sebesar 5% dan pertumbuhan ekonomi global tahun 2024 diprediksi sebesar 2,4-2,8%, lebih rendah daripada tahun 2023. Suku bunga global juga diperkirakan masih tinggi.

Walaupun ekonomi dunia diprediksi melambat, tetapi ada sejumlah sektor yang tumbuh positif di tahun ini, diantaranya adalah meningkatnya permintaan pengembangan energi baru terbarukan ran pengembangan industri manufaktur serta industri teknologi tinggi. Sektor potensial lainnya yaitu jasa keuangan, kesehatan, hospitality dan digital.

Walaupun secara umum kondisi ekonomi dunia dan Indonesia masih belum begitu menggembirakan, tetapi Nixon LP Napitupulu tetap optimistis kinerja penjualan dan kredit hunian mampu tumbuh cukup bagus.

Ia menandaskan, stimulus yang dilakukan Pemerintah dapat mendorong permintaan rumah pada tahun 2023 dan terus berlanjut sampai dengan sekarang. Stimulus tersebut antara lain pelonggaran rasio LTV/FTV Kredit/Pembiayaan Properti menjadi maksimal 100% untuk semua jenis properti dan kebijakan PPN Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) hingga harga rumah Rp 5 Milyar yang mulai berlaku November 2023.

"Besarnya dukungan Pemerintah ini dapat terlihat pada pertumbuhan KPR Nasional hingga triwulan III 2023 telah tumbuh mencapai 12,66% yoy, sehingga pertumbuhan KPR terus mencapai 2 digit sejak Triwulan II 2023. Hal ini menjadikan sektor properti masih menjadi sektor yang dapat memberikan kontribusi banyak terhadap pertumbuhan perekonomian di Indonesia," kata Nixon LP Napitupulu.

Dan di tahun ini, ia optimistis bahwa pertumbuhan angka penjualan rumah masih cukup tinggi sekitar 11%-12%. "BTN sendiri proyeksikan pertumbuhan penjualan rumah kurang lebih dikisaran sama dengan tahun lalu yaitu angka 11-12%. Jatim masih menjadi nomor dua setelah Jabar, dan kebutuhan paling besar ada di daerah sekitar Surabaya, yaitu Sidoarjo, Gresik, Mojokerto," pungkasnya.kbc6

Bagikan artikel ini: