Bansos dan Operasi Pasar Belum Berhasil Jinakkan Gejolak Harga Beras

Senin, 25 September 2023 | 18:50 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Pemerintah sudah merilis program bantuan sosial (bansos) dan stabilisasi pasokan harga pangan (SPBP) untuk meredakan gejolak harga beras. Namun, dilapangan pergerakan beras terus mengalami kenaikan.

Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) I Gusti Ketut Astawa mengatakan, harga beras yang tinggi disebabkan masih tingginya harga gabah kering panen (GKP) di petani. Berdasarkan pantauan mereka, rata-rata harga GKP sudah berada di kisaran Rp 6.580 - Rp 7.200 per kilogram (kg). "Kemarin, kami ke Sukoharjo pun harga GKP sudah Rp7.200 dan GKG [gabah kering panen] sudah mencapai Rp 8.200 per kilogram," ujar Ketut dalam rapat koordinasi pengendalian inflasi, Senin (25/9/2023).

Harga gabah yang sedemikian tinggi, kata dia, membuat harga beras di tingkat penggilingan telah menyentuh Rp 12.500 per kilogram. Sebagaimana diketahui, pemerintah juga menyalurkan bansos beras sebagai upaya mengintervensi harga beras yang tinggi. Adapun realisasi bansos tahap 2 di September 2023 ini baru mencapai 120.275 ton atau 59,89% dari 210.000 ton per bulan.

Selain itu, stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) juga terus dikucurkan ke berbagai saluran pasar. Sepanjang Januari hingga 23 September 2023, total beras yang digelontorkan Bulog untuk SPHP mencapai 784.000 ton. Adapun sebanyak 4.500 ton beras dijatahkan untuk stabilisasi harga beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC).

Ketut mengatakan, penyaluran SPHP ke PIBC membuat stok di sana sudah berada di atas 25.000 ton dan diproyeksikan bakal terus bertambah. Kendati demikian, dia mengakui harga beras saat ini belum serta-merta turun. Berdasarkan data panel harga pangan Bapanas, per 23 September 2023, harga beras medium di zona 3 lebih mahal 25,86 persen dari harga acuan tertinggi (HET) Rp 11.800 per kg. Begitupun dengan harga beras di zona dua lebih mahal 16,7 persen dari HET, dan di zona satu lebih mahal 14,08% dari HET.

Dia menjelaskan, harga beras yang masih tinggi saat ini lantaran stok yang dijual pedagang merupakan stok sebelumnya yang dibeli dengan harga mahal. Karena itu, penyaluran beras ke PIBC diharap dapat mendorong harga beras di pasar ecer turun secara bertahap.

"Akan ada berdampingan harga beras murah dan harga beras tinggi, karena tidak mungkin beras yang lama mereka dapatkan dengan harga tinggi dijual dengan harga murah," pungkasnya. kbc11

Bagikan artikel ini: