BI Pangkas Target Pertumbuhan Kredit Perbankan, Ini Alasannya
JAKARTA, kabarbisnis.com: Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk merevisi proyeksi pertumbuhan kredit perbankan dari semula 10 -12 persen menjadi 9 - 11 persen pada pengujung Juli lalu. Hal ini dilakukan seiring dengan laju pertumbuhan kredit yang kian melambat.
Deputi Gubernur BI Juda Agung mengatakan, penyaluran kredit perbankan tumbuh sebesar 8,54 persen secara tahunan pada Juli 2023. Angka pertumbuhan itu sebenarnya lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 7,7 persen, namun dinilai belum cukup untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional.
"Ini masih perlu didorong, agar sesuai dengan upaya menjaga momentum pertumbuhan ekonomi," kata dia, dalam Seminar Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM), di Jakarta, dikutip Rabu (13/9/2023).
Selain itu, realisasi pertumbuhan kredit perbankan saat ini masih lebih rendah dari target yang dipatok perbankan dalam rencana bisnis bank (RBB). Juda menyebutkan, saat ini rata-rata perbankan masih memasang target pertumbuhan kredit sebesar 11 persen dalam RBB 2023.
Menurut Juda, dalam menetapkan RBB perbankan biasanya memasang target yang lebih optimistis. Namun, realisasinya cenderung berada di bawah target yang ditetapkan tersebut.
"Jadi kami (BI) lebih konservatif, mungkin 9 - 11 persen," kata Juda.
Untuk merealisasikan target tersebut, BI berkomitmen mendukung upaya penyaluran kredit perbankan melalui insentif kebijakan makroprudensial. Salah satunya ialah dengan memperbarui kebijakan insentif likuiditas makropridensial atau KLM.
KLM merupakan insentif berupa pelonggaran atas kewajiban pemenuhan giro wajib minimum (GWM). Melalui insentif ini, bank berpotensi menerima pengurangan GWM jika menyalurkan kredit atau pembiayaan ke sektor usaha yang telah ditetapkan.
Dalam kebijakan teranyar bertajuk KLM Tahap 4, BI menambah besaran pelonggaran GWM dari semula total 2,8 persen dari dana pihak ketiga (DPK) bank menjadi 4 persen DPK bank.
Nilai tersebut merupakan akumulasi dari insentif pembiayaan perbankan kepada sektor tertentu yang ditetapkan sebesar 2 persen, insentif kepada bank yang menyalurkan pembiayaan inklusif sebesar 1,5 persen, dan insentif terhadap penyaluran kredit menjadi paling besar 0,5 persen.
Selain itu, dalam pelaksanaan KLM Tahap 4, BI juga menyesuaikan sektor prioritas atau tujuan penyaluran kredit. Solikin menjelaskan, pada tahap-tahap sebelumnya, insentif KLM difokuskan untuk segmen usaha yang terdampak Covid-19 dan dapat membantu pemulihan ekonomi.
Seiring berakhirnya pandemi, BI mengalihkan fokusnya ke segmen yang dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Oleh karenanya, sektor prioritas yang ditetapkan dalam KLM Tahap 4 ialah sektor hilirisasi minerba dan non minerba, perumahaan, serta pariwisata. Selain itu, BI juga masih mempertahankan sektor inklusif dan pembiayaan hijau.
"Dengan kebijakan makroprudensial ini mari kita sama-sama mendorong dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi melalui pembiayaan usaha," ucap Juda. kbc10
Bersama Pemkot Surabaya, Lapis Kukus Pahlawan Komitmen Dukung Pengembangan UMKM
57 Persen Generasi Z Pilih Berkarir Jadi Influencer
Bersama Pemkot Surabaya, Lapis Kukus Pahlawan Komitmen Dukung Pengembangan UMKM
Melebihi Kewajiban, 1.990,79 Hektare Lahan Kompensasi PT BSI Tuntas Diserahkan ke Pemerintah
Astragraphia Xprins Perluas Ekosistem Pencetakan 3D pada Industri