Awas! El Nino Berpotensi Kerek Inflasi di Tahun Depan
JAKARTA, kabarbisnis.com: Fenomena kekeringan atau El Nino diramal bisa berpotensi mengerek tingkat inflasi Indonesia pada tahun 2024.
Lembaga Fitch Ratings memperkirakan, inflasi Indonesia pada tahun depan berada di kisaran 3,0% YoY atau meningkat dari perkiraan 2,7% YoY pada tahun 2023.
Dalam laporan edisi September 2023, lembaga tersebut mengatakan, peluang ini seiring dengan adanya El Nino.
El Nino menjadi risiko, karena peristiwa ini akan memengaruhi hasil panen Indonesia yang kemudian akan mengerek harga pangan dan minum ke depannya.
Apalagi, komoditas pangan ini memegang porsi sekitar 25% dari total Indeks Harga Konsumen (IHK).
Meski demikian, Fitch Ratings mengapresiasi langkah BI dan pemerintah selama ini dalam menjaga tingkat inflasi pangan.
Inflasi pangan pada September 2022 sempat meroket ke 6,0% YoY. Dengan gandengan tangan BI dan pemerintah, mampu turun di level 3,3% YoY pada Agustus 2023.
Sebelumnya International Monetary Fund (IMF) juga menyebut, El Nino juga rawan mendongkrak laju inflasi di sejumlah negara.
"Kondisi cuaca ekstrem tersebut bisa membatasi pasokan komoditas pertanian yang bergantung pada air hujan, mendorong kenaikan harga dan inflasi umum, serta dapat memicu kerusuhan sosial di negara-negara yang bergantung pada komoditas makanan impor," kata IMF.
IMF mencapai kesimpulan tersebut setelah menganalisis data-data ekonomi makro dan peristiwa El Nino yang terjadi di 21 negara, selama periode kuartal II 1979 sampai kuartal I 2013.
Mereka menemukan, El Nino cenderung berdampak negatif pada negara-negara yang Indeks Harga Konsumen atau IHK-nya didominasi kelompok bahan makanan.
Adapun di antara negara-negara Asia-Pasifik yang dianalisis IMF, Indonesia merupakan negara yang paling rawan mengalami kenaikan inflasi di tengah fenomena El Nino.
IMF mengestimasikan, peristiwa El Nino bisa mendongkrak laju inflasi Indonesia hingga naik 0,25 poin persentase per kuartal (nilai median).
Namun, ada juga beberapa negara Asia-Pasifik yang justru mengalami penurunan laju inflasi saat terjadi El Nino, yakni Australia dan Singapura.
IMF pun menyatakan dampak ekonomi dari El Nino ini bisa dihadapi dengan strategi kebijakan tertentu, termasuk penguatan infrastruktur pertanian.
"Di sisi kebijakan ekonomi makro, kenaikan inflasi akibat El Nino dapat diikuti dengan pengetatan sikap moneter," kata IMF.
"Investasi di sektor pertanian juga perlu dipertimbangkan untuk jangka panjang, terutama untuk membangun irigasi dan rantai pasokan pangan yang lebih efisien," lanjutnya. kbc10
Ketua Kadin Surabaya Beri Apresiasi Keberhasilan Program Wirausaha Merdeka 2023 di PPNS
Perbankan Mulai Siapkan Uang Tunai Sambut Libur Nataru
Youtuber dan Tiktoker Dinilai Bikin RI Rugi, Ini Alasannya?
Konsolidasi dan Transformasi Jadi Kunci Keberhasilan BPR dan BPRS Dalam Hadapi Tantangan
BPKÂ Temukan Potensi Kerugian Negara Rp18,9 Triliun di Semester I-2023