Produk Kosmetik Lokal Masih Dipandang Sebelah Mata, Ini Buktinya

Rabu, 6 September 2023 | 07:46 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Produk kosmetik lokal dinilai masih sulit bersaing dengan produk impor. Salah satu contoh nyata adalah sulitnya memasarkan produk tersebut di mal besar di sejumlah kota besar di Tanah Air.

"Contoh saja deh, produk lokal kita jarang banget bahkan sedikit kan yang ada di mal-mal besar Jakarta, Bandung dan kota besar lainnya. Paling ada juga di food court nya, itu juga di belakang. Sedangkan brand-brand internasional bisa masuk dan banyak banget," Sekjen Persatuan Kosmetika Indonesia (Perkosmi) Yenna Sukmademi di Jakarta, Selasa (5/9/2023).

Di sisi lain, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey membeberkan, alasan tidak adanya produk lokal di mal besar karena pengelola mal mengikuti kebutuhan pasar, artinya menyesuaikan keinginan pengunjung mal tersebut. Artinya, pengunjung mal-mal besar lebih minat terhadap brand kosmetik impor high end.

Adapun alasan tingginya minat terhadap brand impor menurut Roy, karena produk kosmetik lokal masih lemah di sisi Research and Development (RnD). Sehingga produk impor lebih variatif dan berkualitas dibanding lokal. "Kalau mal-nya pasang produk yang kurang qualified, packaging kurang bagus, kan yang rugi malnya karena pengunjung juga gak mau datang," jelas Roy.

Namun, Yanne menampik pernyataan Roy. Justru RnD kosmetik dalam negeri sudah sangat baik. "Engga sih, itu sama sekali keliru ya. Karena RnD kita sangat kuat. Banyak bahkan rata-rata member Perkosmi semuanya mempunyai RnD. Karena memang kosmetik itu tidak lepas dari mempelajari fomulasi dan tren. Jadi emang itu gak bisa berjalan dengan baik kalau tidak mempunyai tim RnD. Mungkin yang bilang RnD masih kurang, karena belum pernah datang, hehehe," ujar Yenna.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Didi Sumedi mengatakan, saat ini produk kosmetik lokal sangat berpeluang mendominasi di dalam negeri. Bahkan dengan semakin tingginya minat pengguna kosmetik khususya kosmetik halal, turut menjadi kesempatan yang harus dimanfaatkan para produsen kosmetik lokal.

Sejumlah upaya mendongkrak geliat produk kosmetik lokal agar laris di pasar domestik maupun mancanegara menurut Didi telah dilakukan oleh Kemendag, seperti pameran dan misi dagang. Pasar ekspor baru pun dibuka, salah satunya menargetkan kawasan Timur Tengah dan Afrika menjadi target pasar produk halal Indonesia.

"Kita sudah rutin ikuti pameran di luar negeri, khususnya di produk halal. Kita juga melakukan misi dagang. Nah ini yang penting, yaitu kita membuka akses pasar yang lebih luas lagi. Yang sedang kita tembus saat ini adalah Uni Emirate Arab (UEA) yang diasumsikan akan menjadi hub produk-produk halal kita ke Timur Tengah dan Afrika," kata Didi.

Sejak 2021 Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah menargetkan agar Indonesia bisa menjadi pusat industri halal di tahun 2024. Industri yang dimaksud meliputi banyak hal, salah satunya fashion dan kosmetik. Tak tanggung-tanggung, mimpi Jokowi ingin agar Indonesia jadi pusat industri halal di level dunia.

"Upaya untuk bisa meningkatkan ekspor produk halal kita ke pasar global, kita dengan komite nasional ekonomi keuangan dan syariah melakukan mulai dari pembukaan akses pasar, inkubasi produksi, dan pembiayaan-pembiayaan hal yang diperlukan para eksportir produk halal kita," tambah Didi.

Riset McKinsey & Company tahun 2023 memproyeksikan pada 2027 industri kecantikan global diperkirakan akan mencapai US$580 miliar dengan pertumbuhan 6% per tahun. Ini sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan kulit. ZAP Beauty Index 2023 bahkan juga menyebut 60% wanita Indonesia menggunakan minimal 4 produk skincare setiap harinya. Masih pada riset yang sama, hanya 19 orang yang baru menggunakan merek lokal; 77,8% menggunakan merek lokal dan luar negeri; serita hanya 3,2% orang enggunakan merek luar negeri. kbc11

Bagikan artikel ini: