Potensi Sawah Terdampak Kekeringan Empat Kali Lebih dari Kemarau Normal

Selasa, 13 Juni 2023 | 19:21 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi El Nino akan terjadi pada semester II-2023, dan puncaknya pada Agustus 2023. Potensi luas sawah padi yang terdampak kekeringan diperkirakan lebih dari empat kali dibanding musim kemarau normal.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, setiap kejadian El Nino ekstrem berpotensi akan menyebabkan kekeringan lahan sawah sebanyak 560.000 hektare (ha) hingga 870.000 ha. Angka tersebut lebih tinggi atau melebihi empat kali dibandingkan potensi kekeringan dalam musim kemarau  normal yang mencapai 200.000 ha per tahun.

"El Nino juga berpotensi meningkatkan kebakaran lahan pertanian, gagal panen, dan intensitas serangan hama serta penyakit tanaman," kata Syahrul saat Rapat Kerja dengan Komisi IV DPR RI di Jakarta, Selasa (13/6/2023).

Syahrul mengatakan, Kementan akan melakukan antisipasi agar dampak El Nino tersebut berdampak minimal pada penurunan produksi pangan. Adapun upaya yang dilakukan Kementan yaitu identifikasi dan mapping lokasi pertanian yang akan terdampak kekeringan, serta percepatan tanam untuk mengejar sisa hujan.

Selain itu, Kementan akan meningkatkan ketersediaan mesin pertanian atau Alsintan untuk percepatan tanam, penyedia benih tanah kekeringan, pengembangan pupuk organik, dukungan pembiayaan KUR dan asuransi pertanian. Kementan juga telah membagikan 4 ton benih padi yang relatif tahan terhadap kekeringan.

Benih padi tersebut dibagikan untuk petani di lima provinsi, yaitu Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Barat. Keempat jenis benih yang dibagikan yaitu benih padi Inpago 9, Inpago 12, Inpago 13 Fortiz, Cakrabuana, dan Inpari 42.

Varietas unggul tersebut mempunyai keunggulan ketahanan terhadap ketersediaan air yang rendah, berumur genjah, dan memiliki potensi hasil di atas 8 ton per hektare.

Benih tersebut merupakan SS (stock seed) dan ES (extension seed) yang diproduksi oleh Unit Pengelola Benih Sumber Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Padi atau BBPSI Padi, Balai Penerapan Standar Instrumen Bengkulu, dan Balai Penerapan Standar Instrumen Riau.

Plt. Kepala Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP), Fadjry Djufry mengungkapkan, BSIP akan membantu pendampingan dalam perbanyakan benih sumber. "BSIP mempunyai unit kerja di setiap provinsi yang akan membantu memperbanyak benih sesuai standar dan bersertifikat. Adopsi benih unggul oleh petani perlu dimaksimalkan guna meningkatkan produksi dan adaptif dengan perubahan iklim," pungkas Fadjry.kbc11

Bagikan artikel ini: