RI jadi sasaran empuk serangan siber, sektor ini paling rentan

Kamis, 18 Mei 2023 | 08:33 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Pakar IT dari ICT Institute Heru Sutadi mengungkapkan bahwa Indonesia masih menjadi sasaran empuk serangan siber, khususnya sektor keuangan.

Heru mengatakan, Indonesia menjadi sasaran empuk serangan siber, baik dari dalam maupun luar negeri. Dia memprediksi hal ini akan meningkat secara kualitatif dan kuantitatif.

"Dan karena banyak serangan arahnya peretasan dan pembobolan data, maka Indonesia jadi sasaran khususnya sektor keuangan, e-commerce dan e-wallet karena pengguna banyak, transaksi besar dan data yang bisa dijadikan sandera atau dijual juga akan mahal," kata Heru seperti dikutip, Rabu (17/5/2023).

Meski untuk keamanan siber dan keamanan data diperlukan anggaran besar, lanjut dia, tapi kewajiban penyelenggara sistem elektronik untuk menjaga keamanan siber dan keamanan data adalah hal mutlak.

"Sebab di era sekarang, digital trust sangat penting dan keamanan siber serta keamanan data merupakan keharusan," ungkap Heru.

Ditanya soal investasi keamanan data dan siber di perbankan, Heru menjawab nilainya mencapai miliaran. Dia melanjutkan, nilai investasi tersebut bergantung size atau ukuran bank tersebut.

"BPR (Bank Perkreditan Rakyat) bisa Rp 1 miliar, tapi bank besar bisa puluhan hingga ratusan. Tapi, bisa jadi capex (capital expenditure/biaya modal pembelian aset) atau opex (operating expenditure/biaya operasional) tergantung sistemnya," ucapnya.

Meski investasi keamanan siber dan data perbankan mahal, kata dia, tapi sistemnya beragam, seperti pay as we grow, managed service, dan lain-lain.

"Dan dibanding nanti sistem lemah, data diretas dan dimintai tebusan, masih lebih murah sediakan keamanan siber," ujar Heru.

General Manager untuk Asia Tenggara, Kaspersky Yeo Siang Tiong, sebelumnya menjelaskan selama lima tahun terakhir, ransomware telah berevolusi dari ancaman bagi komputer individu menjadi bahaya serius bagi jaringan perusahaan. Para peretas atau hacker telah berhenti mencoba menginfeksi banyak komputer dan sekarang justru menargetkan korban dengan skala besar.

Menurut Yeo Siang Tiong, serangan terhadap organisasi komersial dan perusahaan memerlukan perencanaan yang cermat dalam menerapkan strategi pertahanan siber. "Sektor perbankan dan lembaga layanan keuangan masih dan akan terus menjadi target utama kalangan penjahat siber dalam hal ini," ujar dia.

Salah satu yang terbaru adalah serangan ransomware yang dialami PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk atau BSI. Dia menilai, sektor tersebut yang menjadi target serangan merupakan fakta yang tidak dapat dipungkiri. "Karena sektor ini memiliki banyak informasi penting mengenai pelanggan dan besarnya jumlah uang yang tersimpan," kata dia. kbc10

Bagikan artikel ini: