Warga Kampung Hidroponik Surabaya sulap sampah dapur jadi Eco Enzym
SURABAYA, kabarbisnis.com: Berdasarkan data yang ada, sebanyak 1.500 - 1.600 ton sampah dari masyarakat Surabaya setiap harinya masuk ke TPS Benowo. Dan sampah yang paling banyak adalah sampah basah sisa makanan dan sayuran rumah tangga.
Angka ini terus bertambah seiring dengan bertambahnya penduduk Surabaya dan membuat khawatir Pemerintah Kota Surabaya karena TPS Benowo akan lebih cepat menggunung dari prediksi awal pembuatan TPS Benowo.
Beranjak dari ketakutan itu, warga RW 12 Kelurahan Medokan Ayu bersama tim dosen dari UPN Veteran Jawa Timur menggelar pelatihan pembuatan Eco Enzym. Eco Enzym salah satu inovasi pengolahan sampah basah sisa buah dan sayur rumah tangga yang segar yang di fermentasi menjadi Eco Enzym yang kaya manfaat.
"Ada banyak gerakan pengurangan sampah basah rumah tangga. Dan Eco Enzym kami pilih karena manfaatnya bisa digunakan langsung di rumah tangga. Eco Enzym bisa untuk ngepel lantai, bahan cuci piring bahkan bisa untuk anti septik untuk mandi," papar Dewi Deniaty S., SE, MM, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UPN Veteran Jatim, di Kebun Proklim RW 12 Kelurahan Medokan Ayu Kota Surabaya, Sabtu (13/5/2023).
Januari P. N.T, S.IP. M.MECAS, dosen Fakultas FISIP UPN Veteran Jatim menambahkan, pengurangan sampah rumah tangga sejak dari dapur adalah upaya yang paling penting dalam menjaga lingkungan dari timbunan sampah yang menggunung.
"Dan pembuatan Eco Enzym ini simpel cukup sediakan air bersih bisa air minum atau air sisa pembuangan AC serta sisa kulit buah dan sayuran minimal 5 jenis yang berbeda serta gula merah atau gula tetes tebu. Lalu disimpan di wadah yang kedap udara selama minimal 3 bulan," papar dosen Fakultas Pertanian, Dita Megasari, S.P, MSi.
Menurut Dita, Eco Enzym memiliki keterikatan dengan pembuatnya, jika saat pembuatan Eco Enzym, proses pembuatannya benar dan yang membuat ikhlas maka saat panen Eco Enzym akan memanen Mama Eco Enzym.
"Bentuknya seperti lapisan putih yang kenyal, mirip nata de coco dan dia berada di tengah larutan Eco Enzym yang siap di panen. Tetapi tidak semua orang bisa mendapatkannya," cerita Dita.
Ketua PKK RW 12 Kelurahan Medokan Ayu, Nur Hayati pun semangat bahkan mengundang para penggiat lingkungan dari RW lainnya di Kelurahan Medokan Ayu. Tujuannya agar ilmu tentang pembuatan Eco Enzym ini bisa dikembangkan di RW lannya sehingga gerakan masif pengurangan sampah dari dapur bisa diterapkan.
"Di RW 12 kami terus membuat gerakan bersama untuk pengurangan sampah. Dimulai dengan memancing warga untuk memilah sampah yang bisa dijual, membuat gerakan mengurangi sampah plastik hingga membuat berbagai macam olahan sampah seperti composter hingga hari ini pembuatan Eco Enzym. Kami terus berjuang agar sampah ini bisa dikelola dan menjadi penolong bagi kita," tandasnya.kbc6
Bos SIG Raih The Best CEO di Ajang Top BUMN Awards 2023
Siap-siap! Penyatuan NIK Jadi NPWP Berlaku Penuh Mulai Pertengahan 2024
SIG Raih Apresiasi Marketeer of the Year 2023
Domscorner Berdayakan UMKM hingga Warga Lokal via Marketplace Produk Fesyen
Ketua DK LPS: Transformasi dan Penambahan Mandat untuk Penguatan Peran dan Fungsi LPS