Kuartal I/2023, Garuda catat rugi bersih Rp1,61 triliun

Jum'at, 5 Mei 2023 | 08:08 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Maskapai nasional PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mencatatkan rugi bersih sebesar US$110,03 juta atau sekitar Rp 1,61 triliun (asumsi kurs Rp 14.700 per dollar AS) pada kuartal I/2023. Nilai tersebut turun 50,91 persen dari rugi bersih 2022 sebesar US$224,14 juta atau setara Rp 3,29 triliun pada periode yang sama.

Pencatatan rugi bersih pada tahun kinerja berjalan ini dipengaruhi oleh penerapan standar akuntansi PSAK 73 yang mengatur tentang pembukuan transaksi sewa pada beban operasi.

"Terlepas dari adanya penerapan PSAK tersebut, Garuda Indonesia secara fundamental operasional kinerja terus mencatatkan kinerja yang positif. Hal ini terlihat dari sejumlah indikator penting pada kinerja usaha baik dari sisi EBITDA, arus kas hingga peningkatan trafik penumpang," ujar Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra dikutip dari keterangannya, Kamis (4/5/2023).

Pada akhir Maret 2023, emiten berkode saham GIAA tersebut juga menyelesaikan kewajiban terhadap 254 kreditur yang memiliki nilai tagihan hingga Rp 255 juta, dengan total nilai tagihan yang harus dibayarkan mencapai hingga Rp 15.432.720.782 (Rp 15,43 miliar).

Ke depan, lanjut Irfan, sebagai bagian dari implementasi perjanjian perdamaian yakni perusahaan juga membukukan ketersediaan sinking fund sebesar 61 juta dollar AS hingga akhir kuartal I 2023 dalam kaitan pemenuhan kewajiban yang tertuang dalam Perjanjian Perdamaian Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).

Secara grup, Garuda Indonesia membukukan pertumbuhan pendapatan hingga 72 persen pada kuartal I/2023 atau sebesar US$602,99 juta. Hal itu sejalan dengan peningkatan trafik penumpang sebesar 60 persen.

Pendapatan ini meningkat bila dibandingkan dengan pendapatan usaha pada kuartal I di tahun 2022 sebesar US$350,15 juta. "Pertumbuhan pendapatan usaha ini selaras dengan peningkatan trafik penumpang yang berhasil dicatatkan Garuda Indonesia Group pada kuartal 1-2023 yang sedikitnya berjumlah 4,5 juta penumpang atau tumbuh sekitar 60 persen jika dibandingkan periode yang sama pada Kuartal 1-2022 sebesar 2,7 juta penumpang," kata Irfan.

Pertumbuhan pendapatan usaha Garuda Indonesia pada kuartal I 2023 ini, lanjut dia, menjadi "outlook" positif perusahaan sejak awal 2023.

Padahal, di tengah periode awal tahun yang merupakan musim yang sepi (low season) bagi sektor industri penerbangan, Garuda Indonesia justru berhasil mencatatkan arus kas masuk yang lebih besar dibandingkan beban operasi.

Adapun pertumbuhan pendapatan usaha maskapai pelat merah pada kuartal I/2023 ini ditunjang oleh capaian pendapatan penerbangan terjadwal sejumlah US$506,82 juta yang tumbuh sebesar 87 persen. Serta komposisi pendapatan lainnya yang tumbuh sebesar 50 persen menjadi US$83,35 juta pada tiga bulan pertama di tahun 2023 ini.

Lebih lanjut, hingga Maret 2023, Garuda Indonesia turut mencatatkan pertumbuhan EBITDA hingga 92 persen yakni menjadi US$71 juta atau membaik dibandingkan dengan EBITDA pada periode yang sama di tahun 2022 sebesar US$37 juta. kbc10

Bagikan artikel ini: