Kemenkop UKM minta e-commerce take down penjual pakaian impor bekas
JAKARTA, kabarbisnis.com: Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) meminta e-commerce melakukan take down terhadap baju bekas impor yang dijual para seller, sehingga tidak lagi ditemukan dalam pencarian platform e-commerce.
Bahkan, apabila tetap membandel, pihaknya mengancam akan menutup toko online yang masih membandel menjual thrifting. "Kami harap Minggu depan tidak ada lagi (keyword) 'baju bekas' yang masih gampang kita cari," ujar Deputi Bidang UKM KemenKop UKM Hanung Harimba Rachman, dalam acara diskusi bersama pelaku e-commerce, Kamis (16/3/2023).
Hanung menegaskan, larangan impor pakaian bekas sudah diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015 tentang Larangan Impor Pakaian Bekas dan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 40 Tahun 2022 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 18 Tahun 2021 Tentang Barang Dilarang Ekspor dan Barang Dilarang Impor.
Menurutnya, dalam Pasal 2 Ayat 3 tertulis barang dilarang impor, salah satunya adalah berupa kantong bekas, karung bekas, dan pakaian bekas. "Karena thrifting ini jelas banyak dampak negatif kepada UMKM lokal hingga berdampak pada lingkungan," ujar dia.
Menurut Hanung, berjualan pakaian bekas impor menghancurkan industri dalam negeri karena mengambil pangsa pasar dari kelas menengah ke bawah.Padahal, pasar tersebut mestinya menjadi pasar UKM Tanah Air. "Mereka ingin beli barang branded dengan harga murah," ujar dia.
Hanung menambahkan, impor pakaian besar biasanya dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Tidak jarang, pakaian bekas itu diselundupkan atau melalui jalur ilegal. Parahnya, kata Hanung, sebagian pakaian bisa dipakai, sedangkan sebagian lain berupa sampah yang mesti dimusnahkan.
Karena itu, Hanung menilai perkara impor pakaian bekas bukan hanya mengancam keberlangsungan industri, tetapi menyangkut permasalahan lingkungan. "Itu yang ingin kami lawan, karena untuk memusnahkannya juga butuh biaya besar. Treatment limbah itu berbeda," ujar Hanung.
Isu impor pakaian bekas dan thrifting kembali muncul akhir-akhir ini. Presiden Joko Widodo atau Jokowi juga sudah menyatakan melarang bisnis baju bekas impor atau thrifting. Bisnis baju bekas impor tersebut, menurut Jokowi, mengganggu industri tekstil dalam negeri.
Wakil Ketua Umum Indonesian E-commerce Association (IDEA) Budi Primawan mengatakan siap mendukung kebijakan pemerintah untuk menerapkan larangan jual-beli pakaian bekas impor. Menurutnya, hal ini juga sudah menjadi komitmen para pemilik platform. Hanya saja, tiap platform memiliki mekanisme tersendiri.
"Terkait masalah thrifting pakaian bekas impor, memang ada beberapa seller yang melakukan penjualan crossborder yang melakukan penjualan dan pembelian dari dan ke luar negeri. Untuk tipe seller seperti ini kami memastikan sudah ada kontrol dan monitoring," kata Budi.
Public Policy and Government Relations TikTok Marshiella Pandji mengatakan sudah mengomunikasikan hal ini dengan tim internal untuk mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku.
"TikTok Shop memang tidak mendukung atau membolehkan semua jenis produk barang bekas. Mau baju, barang impor,dan sebagainya," kata Marshiella.
Marshiella mengatakan, akan mengidentifikasi hal tersebut melalui keyword. Mulai dari kata second, bekas, maupun thrifting pakaian bekas impor.
Perwakilan Blibli, Suherman mengatakan, BliBli melarang penjualan barang bekas dan sedang memperketat pengawasan terhadap thrifting. "Sekiranya ada merchant yang lolos, otomatis langsung kami take down," pungkasnya.kbc11
Mengetuk Pintu Langit dalam Kehidupan Sehari-Hari bersama Ustadz Hanan Attaki
Onassis Hadirkan Perangkat Pintar untuk Keamanan Rumah Lebih Optimal
Terbuka, Peluang Mahasiswa Tekuni Bisnis Perbenihan
Upload Video di Twitter Blue Kini Bisa Durasi hingga 2 Jam