Tren pemulihan industri angkutan penerbangan diyakini berlanjut di 2023
JAKARTA, kabarbisnis.com: Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) atau Airnav Indonesia optimistis tren pemulihan industri angkutan udara akan berlanjut pada 2023.
Keputusan pemerintah mencabut aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) diyakini akan makin memulihkan industri angkutan udara di tahun 2023.
Sekretaris Perusahaan Airnav Indonesia Rosedi menjelaskan, industri angkutan udara pada 2023 akan mengalami tren pemulihan positif sebesar 80% dibandingkan dengan kondisi pra pandemi. Kondisi pemulihan diperkirakan akan kembali 100% pada 2024.
"Kami proyeksi tahun ini penerbangan domestik berada di angka pemulihan 73 persen, sedangkan penerbangan internasional 75 persen, dan penerbangan overflying sebesar 86 persen," ujar Rosedi, Rabu (11/1/2023).
Rosedi menambahkan, prospek pemulihan ini salah satunya ditopang oleh pencabutan status PPKM Presiden Joko Widodo yang tertuang dalam Instruksi Kementerian Dalam Negeri No. 53/2022 Tentang Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 Pada Masa Transisi Menuju Endemi. Pencabutan regulasi tersebut dapat meningkatkan mobilitas masyarakat dan animo masyarakat berkunjung ke destinasi wisata di dalam serta luar negeri.
Selanjutnya, pemulihan pada industri turut didukung oleh pencabutan batasan kuota dan batasan usia jemaah haji Indonesia pada 2023 oleh pihak Arab Saudi. Hal tersebut juga ditambah dengan meningkatnya permintaan perjalanan ibadah umrah.
Rosedi menambahkan, permintaan terhadap penerbangan domestik dan internasional yang cukup tinggi.Meski demikian, pihaknya juga melihat keterbatasan armada maskapai penerbangan.
Adapun, Rosedi menuturkan, masih ada sejumlah tantangan yang dihadapi sektor angkutan udara, seperti potensi ancaman virus corona yang belum hilang sepenuhnya. Sehingga masyarakat masih diwajibkan mengikuti protokol kesehatan.Â
Selain itu, maskapai penerbangan dalam negeri juga masih berada dalam fase pemulihan setelah masa pandemi. Hal ini akan menjadi tantangan bagi maskapai terkait dengan ketersediaan armada dalam memenuhi permintaan penumpang pada 2023.
"Masih terjadinya perang antara Rusia dan Ukraina yang menimbulkan flukuatif harga minyak dunia, pasokan gas alam, harga komoditas pangan seperti gandum, dan ancaman resesi juga akan mempengaruhi prospek pemulihan angkutan udara tahun ini," pungkasnya.kbc11
Ini Alasan BI Tarik Uang Logam Rp500 TE 1991 dan 1997, Rp1.000 TE 1993
Dukung EBT, Barata Indonesia Sukses Kembangkan Reaktor B100
Wisuda Sarjana ke-27 Stikosa AWS, Peluang Besar dan Tantangan Sarjana Komunikasi di Era Digital
Genjot Kawasan Komersial di Surabaya Barat, Intiland Segera Pasarkan Tierra SOHO Tahap II