Larangan ekspor bauksit mulai diberlakukan Juni 2023

Rabu, 21 Desember 2022 | 17:24 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Pemerintah Indonesia resmi akan melarang ekspor bauksit mentah mulai Juni 2023.Jika hal tersebut dilakukan maka devisa yang akan mampu menghemat devisa US$2 miliar atau Rp 31,1 triliun. Larangan ekspor meliputi ekspor bijih hingga hasil pencucian bauksit.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, seluruh bauksit di dalam negeri harus diproses setidaknya menjadi alumina sebelum diekspor. Alumina adalah hasil pengolahan bauksit sebelum menjadi aluminium.

"Sekarang nilai impor aluminium oleh Indonesia itu US$2 miliar. Jadi, dengan adanya pabrik berproses di Indonesia, US$2 miliar ini jadi penghematan devisa," kata Airlangga di Istana Merdeka, Rabu (21/12/2022).

Airlangga menambahkan, nilai ekspor bauksit hasil pencucian dapat dikompensasi dari penghematan impor aluminium.Menurutnya, nilai ekspor bauksit setelah dicuci hanya mencapai US$500 juta - US$600 juta per tahun.

Selain itu, Airlangga menilai nilai ekspor bauksit setelah hilirisasi dapat meningkat menjadi sekitar Rp 60 triliun. Saat ini, nilai ekspor bauksit nasional baru mencapai Rp 21 triliun per tahun.

Airlangga mencatat saat ini baru ada empat fasilitas pemurnian bauksit dengan kapasitas produksi alumina sebanyak 4,3 juta ton. Sementara itu, ada empat smelter bauksit yang saat ini sedang dibangun dengan kapasitas produksi alumina hingga 4,98 juta ton.

Adapun, smelter bauksit yang saat ini sedang dibangun dapat mengolah 27,41 juta ton bijih bauksit per tahun. Artinya, Indonesia akan memiliki delapan unit smelter bauksit dengan kapasitas produksi alumina mencapai 9,28 juta ton per tahun.

Sedangkan cadangan bauksit di dalam negeri masih dapat melayani 12 unit smelter bauksit lagi.

Airlangga menghitung cadangan bauksit nasional masih dapat bertahan hingga 100 tahun meski 20 smelter beroperasi. "Cadangan bauksit kita besar, 3,2 miliar ton dan ini bisa memenuhi kapasitas produksi sebesar 41,5 juta ton per tahun," kata Airlangga.

Airlangga menjelaskan, setelah bentuk bauksit diubah menjadi aluminium, pengembangan selanjutnya adalah mengubah aluminium menjadi bentuk batangan maupun flat. Setelah itu, industri yang sudah memiliki ekosistem akan menyerap produk tersebut.

Industri yang dimaksud Airlangga adalah permesinan dan konstruksi. Secara rinci, aluminium dalam bentuk batangan akan diserap industri permesinan, sedangkan dalam bentuk flat akan diserap industri komponen konstruksi.kbc11

Bagikan artikel ini: