Home Stay Naik Kelas, upaya Pemkab Banyuwangi genjot ekonomi masyarakat desa

Minggu, 11 Desember 2022 | 16:16 WIB ET

BANYUWANGI, kabarbisnis.com: Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi terus berbenah. Sebagai kota pariwisata, Banyuwangi dituntut untuk senantiasa berinovasi agar dampak pertumbuhan di sektor ini juga bisa dinikmati oleh masyarakat kecil, khususnya di desa-desa.

Oleh karena itu, setelah sukses memunculkan puluhan destinasi desa wisata, kali ini melalui program "Home Stay Naik Kelas", Pemkab Banyuwangi ingin lebih meningkatkan ekonomi masyarakat desa melalui optimalisasi home stay yang mereka miliki.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Banyuwangi Yanuar Bramuda mengatakan, home stay naik kelas adalah upaya pemerintah daerah untuk lebih berpihak terhadap rakyat. "Kita tahu Banyuwangi adalah kota pariwisata, banyak tumbuh hotel tetapi di saat-saat tertentu okupansi hotel cukup padat sehingga kami ingin mengalihkan bagaimana wisatawan yang tidak masuk hotel, kita pindahkan ke home stay. Tetapi home stay harus dinaikkan, bagaimana kualitasnya dan bagaimana pelayanannya," kata Yanuar Bramuda dalam acara "Bincang Bersama Media 2022" yang digelar Bank Indonesia Jawa Timur di Hotel Ketapang Indah Banyuwangi, Sabtu (10/12/2022).

Melalui program ini, pemilik Home Stay harus meningkatkan kualitas semua layanannya, termasuk menu yang disediakan, fasilitas air panas hingga penggunaan closet duduk. Bahkan ada juga home stay yang sudah ada kolam renangnya. Dampak positifnya, harga sewa menjadi naik. Jika sebelumnya harga sewa hanya di kisaran Rp 100 ribu per hari, maka dengan menaikkan kelas, harga sewa bisa menjadi Rp 300 ribu hingga Rp 400 ribu per hari, menyamai hotel berbintang.

Lebih lanjut Yanuar mengatakan, program home stay naik kelas dimulai sejak pandemi. Saat ini ada sekitar 600 home stay yang bermunculan di seluruh Banyuwangi. Sementara yang sudah berijin mencapai 264 unit. Sejumlah dukungan yang diberikan Pemkab Banyuwangi dalam peningkatan kualitas home stay diantaranya adalah edukasi, pelatihan dan penambahan infrastruktur yang belum lengkap.

"Bagaimana spreinya, kalau orang desa biasanya pakai batik, maka sekarang harus seperti hotel. Menunya juga harus ditingkatkan sehingga mereka dilatih oleh chef hotel dan kami mengadakan program hotel asuh home stay. Perijinan juga kami bantu," ujarnya.

Dia menegaskan, setiap investasi yang tumbuh di Banyuwangi tidak boleh mematikan ekonomi masyarakat, tetapi justru harus berseiring dengan kearifan lokal. Modernitas boleh jalan, teknologi boleh jalan, tetapi kearifan lokal tidak boleh punah. Dan dalam Peraturan daerah Banyuwangi, disekitar destinasi tidak boleh ada hotelnya, pantai juga dikelola Pokdarwis. Sehingga home stay tumbuh subur.

"Home stay naik kelas ini untuk menjawab kebutuhan wisata. Kalau awalnya home stay hanya boleh buka 5 kamar, sekarang boleh buka 10 kamar dan boleh ada kolam renangnya," katanya.

Terkait tren kunjungan wisatawan di Banyuwangi, Yanuar Bramuda mengatakan sudah mulai meningkat. Dari total target selama tahun 2022 sebanyak 2,5 juta wisatawan domestik, seluruhnya sudah tercapai. "Meskipun itu masih jauh dari hari normal sebelum pandemi yang mencapai 5 juta wisatawan. Kalau mancanegara saat ini sudah mencapai 25 ribu dari total 100 ribu sebelum pandemi. Dan Ijen masih menjadi penyuplai tertinggi dari segmen ini. Ijen masih jadi destinasi utama untuk Banyuwangi," tegasnya.

Dengan melihat pencapaian di tahun ini, Pemkab Banyuwangi menargetkan jumlah kunjungan wisatawan domestik tahun depan menjadi 3,5 juta wisatawan. "Karena ini juga berkaitan dengan perbaikan akses, maka kami juga sedang  melakukan pembicaraan dengan sejumlah maskapai. Dulu sebelum pandemi penerbangan 6 kali sehari, sekarang masih dua kali," tandasnya.

Analis Senior KPw Bank Indonesia Jatim Siti Rohmawati mengatakan bahwa sektor pariwisata memegang peran penting dalam kinerja ekonomi nasional dan Jawa Timur. Saat ini, jumlah wisman dan devisa mulai menunjukkan tren perbaikan yang konsisten di tahun 2022, seiring dengan tren perbaikan mobilitas wisnus. "Namun kinerja length of stay justru menurun dibandingkan 2021," ujar Siti Rahmawati.

Untuk meningkatkannya, maka sejumlah langkah harus dilakukan, diantaranya adalah membuka perbatasan, meningkatkan destinasi pariwisata prioritas untuk mendukung pariwisata dalam negeri, memulihkan pariwisata luar negeri dan ekosistem pariwisata untuk mendukung kebangkitan ekonomi nasional.

"Dan Banyuwangi menjadi salah satu destinasi pariwisata prioritas nasional, termasuk juga kawasan Bromo Tengger Semeru. Oleh karena itu BI Jatim memiliki komitmen dalam peningkatan pariwisata di Banyuwangi," ujarnya.

Pada kesempatan tersebut, Ketua Lembaga Desa Wisata Taman Sari, Mahsun mengatakan, sejauh ini supporting BI sangat luar biasa, baik dalam mengembangkan pariwisata daerah dan UMKM, termasuk juga dalam program home stay naik kelas. "Di Taman Sari, saat ini ada sekitar 53 unit home stay, 36 home stay telah bersertifikasi," kata Mahsun.

Program tersebut, menurut Mahsun, mendapat respon yang cukup bagis dari masyarakat karena mereka telah merasakan peningkatan pendapatan keluarga. "Saya mulai mengajak masyarakat membangun home stay ini tahun 2016 dan baru mendapat respon positif dari masyarakat mulai tahun 2017 karena telah melihat hasilnya. Di tahun 2018 masyarakat euforia ramai-ramai membangun home stay sehingga kami berusaha menerapkan standarisasi," tambahnya.

Pemilik Home Stay Berliant Desa Taman Sari, Winarti Rahayu mengaku sangat senang dengan program home stay naik kelas. Karena yang awalnya harga sewa kamar hanya Rp 150 ribu per hari sekarang menjadi Rp 300 ribu per hari.

"Dulu saat awal saya membangun satu unit saja, setelah itu karena rame, saya membangun lagi. Sekarang saya telah memiliki 5 unit dan rencana mau membangun satu unit lagi," pungkasnya.kbc6

Bagikan artikel ini: