Ekonomi dunia melambat, ini syarat agar startup bisa bertahan di 2023
JAKARTA, kabarbisnis.com: Sejumlah perusahaan teknologi dan startup belakangan melakukan efisiensi dengan memangkas karyawan sebagai dampak ekonomi global yang memburuk di tahun ini.
Tahun 2023 dimana ada ancaman resesi global, dikhawatirkan akan kembali menjadi ancaman bagi perusahaan. Untuk itu, apa syarat bagi startup untuk bisa bertahan tahun depan?
Founding Partner AC Ventures, Pandu Sjahrir, mengatakan tahun 2023 merupakan tahun yang sangat menarik. Dia melihat akan membentuk kembali atau reshaping, dan dari sisi industri kemungkinan akan ada merger dan konsolidasi lagi di tahun depan.
Dan yang bisa bertahan di tahun depan akan menjadi 'pemenang' untuk 5-10 tahun mendatang. Selain itu startup yang baru di 2023 memiliki kualitas yang bagus. Di mana sudah memiliki mindset untuk mencapai keuntungan bagi perusahaan, bukan lagi berpikir tentang market share at all costs.
"Jadi 2023 adalah tahun yang menarik dan startup-startup yang baru kemungkinan besar memiliki kualitas yang sangat bagus. Karena para founder bukan berpikir market share at all costs dengan menggunakan capital yang tidak terlalu besar jadi ini mindset yg sangat baik," ujar Pandu seperti dikutip, Senin (5/12/2022).
Melihat keadaan tahun ini, dia melihat adanya siklus bisnis atau business cycle yang terjadi sangat cepat. Di awal pandemi 2020 hingga 2021, startup begitu gencar melakukan perpindahan dari offline ke online.
Namun mendadak ada perang di awal tahun ini, kenaikan suku bunga, inflasi dan sebagaimana yang terjadi di market, membuat industri startup termasuk investor berubah menjadi memikirkan keuntungan, bukan lagi soal menguasai market share.
"Yang terjadi adalah valuasi dari perusahaan-perusahaan apalagi yang high growth seperti teknologi berubah, mood investor pun berubah, jadi ya valuasi perusahaan menurun, ekspektasi ke depan berbeda jadi inilah yang disebut business cycle," tuturnya.
"Keinginan dari investor sekarang mencari perusahaan-perusahaan yang bisa menjadi profitable karena itu menjadi sangat penting," imbuhnya.
Menurutnya, selama ini startup menggunakan dana yang ada hanya untuk mendapat tempat di market share. Hal ini lah yang membuat valuasi tinggi agar bisa membatasi ekspektasi yang butuh market share yang cepat dan tinggi.
"Nah sekarang perubahan mood it's not actually to have market share at all costs, but have organic group. Dengan organic group yang masih tetap lebih tinggi dari ekspektasi dan GDP. And i think investor startup it's not willing to pay group at all costs, but simply willing untuk membeli perusahaan yang sustainable and growth in the cashflow," kata dia.
"Sekarang kalau misalnya ada pembicaraan di perusahaan-perusahaan teknologi the question in no longer are you, or how long you used burn. Tapi pertanyaannya sudah bagaimana kamu akan menghasilkan keuntungan dan menggunakan investasi itu untuk membangun yang namanya moat. Jadi sekarang eventually how do you build sustainable moat, yang memang menjadi ekspektasi investor startup," pungkasnya. kbc10
Subsidi Kendaraan Listrik Berbuah Polemik
Ngeri! WHO Ingatkan Pandemi Berikutnya Bisa Lebih Ganas
Bos J99 Beri Apresiasi Atlet Muda Peraih Medali Emas Tenis Sea Games 2023
Marak Serangan Siber, Perusahaan Diimbau Perkuat Sistem Keamanan Digital
Cari Pelajar Kreatif, MPM Honda Jatim Gencar Sosialisasikan AHM Best Student