Badai PHK di startup dinilai akibat merosotnya daya beli masyarakat
JAKARTA, kabarbisnis.com: Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang melanda industri startup kian marak terjadi belakangan. Padahal sebelumnya perusahaan rintisan atau startup digadang-gadang bisa mendorong penyerapan tenaga kerja yang tinggi.
Ribuan karyawan startup harus rela kehilangan pekerjaan di perusahaan yang mengandalkan penggunaan teknologi digital tersebut. Bahkan bukan hanya perusahaan kecil, perusahaan yang besar dan juga punya nama besar juga terpaksa melakukan aksi PHK.
Pengamat Ketenagakerjaan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Tadjudin Nur Effendi menduga, PHK massal itu terjadi karena banyak startup lebih mengedepankan efisiensi bisnis melalui teknologi, sehingga terpaksa mengorbankan para pekerja.
"Dugaan saya, tidak ada kenaikan upah, kemudian daya beli mereka merosot, kemudian perusahaan enggak sanggup bayar," ujar Tadjudin seperti dikutip, Senin (21/11/2022).
"Perusahaan startup ini kan industri yang sangat tergantung pada kemajuan teknologi. Jadi kalau terjadi sedikit saja pengembangan teknologi yang kemudian itu mempengaruhi perusahaan-perusahaan startup mungkin mereka terpaksa melakukan PHK," sebutnya.
Tadjudin memprediksi, perkembangan zaman yang menuntut adanya inovasi digital membuat biaya teknologi dari para perusahaan startup membesar.
"Tapi saya belum tahu nih, kenapa startup itu melakukan PHK besar-besaran seperti itu. Tentunya ada berkaitan dengan kemampuan untuk membayar gaji," imbuh dia.
Menurut dia, perusahaan startup juga sudah membaca ancang-ancang pemerintah yang hendak menaikan upah minimum atau UMP 2023 maksimal 10 persen. Di tengah risiko inflasi ke depan yang belum pasti, perusahaan disebutnya mungkin tak mau berjudi dengan jumlah pekerja yang terlalu banyak.
Terlebih, laju inflasi di sepanjang tahun ini jauh di atas kenaikan upah minimum rata-rata yang sebesar 1,09 persen.
"Kalau berdasarkan catatan upah minimum berbasis yang kemarin, sebetulnya upah pekerja itu sudah tergerus. Artinya, nilai upah yang diterima buruh itu di bawah inflasi. Artinya, mereka sudah mengalami kekurangan nilai yang diterima sebagai upah," tuturnya. kbc10
Galaxy Tab S9 Series Bantu Gen Z Eksplor Kreativitas dan Relaksasi
Bukan Instagram atau Facebook, Ini Aplikasi Paling Atas di Dunia
Punya Kinerja Moncer, Layanan Digital Astra Financial Geber Promo Ciamik di GIIAS Surabaya 2023
Peduli Lingkungan, Mirae Asset Tanam 1001 Bibit di Mangrove Wonorejo Surabaya
CitraLand Utara Surabaya Perkuat Konsep Green Building di Kawasan Berkembang