Debitur KPR harus siap-siap, BTN pertimbangkan naikkan bunga kredit

Jum'at, 28 Oktober 2022 | 05:40 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dalam tiga bulan terakhir, dan terbaru naik sebesar 50 basis poin menjadi 4,75 persen per Oktober 2022 diperkirakan akan membuat perbankan ancang-ancang untuk mengerek bunga kredit.

Menurut Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Haru Koesmahargyo, kenaikan bunga acuan BI itu adalah hal yang wajar. "Tugas BI untuk menjaga nilai rupiah," kata Haru dalam konferensi pers, Kamis (27/10/2022).

Dia mengungkapkan, saat ini bunga acuan merupakan salah satu komponen yang menentukan tingkat bunga. Ada kondisi likuiditas dan persaingan di pasar.

"Kalau tiga-tiganya sudah muncul bersamaan yang kita sesuaikan bunga simpanan. Itu pasti, tapi hanya waktunya yang tidak serta merta, bunga deposito sudah dinaikkan," ujar dia.

Dia menyebutkan, hal ini akan ditransmisikan ke suku bunga kredit. "Dampaknya apa? Ya tentu kita akan mentransmisikan ke bunga kredit tentu akan meningkat. Mungkin dari SBDK bank BTN masih akan tetap sama. Kalau boleh secara singkat, kenaikan BI rate ini akan menyesuaikan, kalau bunga simpanan naik ya bunga kredit naik," kata dia.

Selanjutnya, dia menjelaskan, BTN memberikan banyak potongan harga untuk KPR dalam rangka Kemerdekaan RI dan ulang tahun BTN.

Haru mengatakan, untuk bunga kredit pemilikan rumah (KPR) fixed tidak akan mengalami kenaikan. Sepanjang periode Januari-September 2022, Bank BTN berhasil menyalurkan kredit mencapai Rp 289,6 triliun meningkat 7,18% dari posisi yang sama tahun lalu senilai Rp 270,27 triliun. Penyaluran kredit perumahan masih mendominasi total kredit perseroan pada kuartal III/2022.

Untuk perumahan yang disalurkan Bank BTN hingga akhir September 2022 mencapai Rp 256,48 triliun. Dari jumlah tersebut KPR Subsidi pada kuartal lII 2022 masih mendominasi dengan nilai sebesar Rp 140,97 triliun tumbuh 8,46% dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 129,97 triliun. Sedangkan KPR Non Subsidi tumbuh 6,4% menjadi Rp 87,11 triliun pada kuartal III 2022 dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 81,87 triliun.

"Penyaluran kredit yang berkualitas dengan melakukan sentralisasi proses kredit telah berhasil membuat rasio kredit bermasalah (non performing loan) Bank BTN terus membaik. NPL Gross pada kuartal III tahun 2022 ini berada pada level 3,45%, lebih rendah dari sebelumnya di level 3,94%, Sedangkan NPL Nett sebesar 1,23%, turun dari posisi 1,50%," kata Haru.

Kenaikan kredit berdampak pada pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) yang tumbuh 31,84% pada kuartal III/2022 menjadi Rp 11,54 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 8,75 triliun. Lonjakan NII tersebut membuat rasio net interest margin (NIM) Bank BTN juga mengalami kenaikan dari 3,52% pada akhir September 2021 menjadi 4,51% di kuartal III/2022.

Dari sisi dana pihak ketiga (DPK), Haru mengungkapkan pada kuartal III/2022 perolehan DPK Bank BTN mencapai Rp312,84 triliun naik 7,41% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 291,26 triliun. Dari jumlah tersebut perolehan dana murah atau CASA mencapai Rp 143,59 triliun naik sebesar 18,7% dibandingkan akhir September 2021 sebesar Rp 120,96 triliun. "Kenaikan CASA yang cukup tinggi tersebut membuat kontribusi dana murah mengalami kenaikan menjadi 45,9% dari total DPK Bank BTN pada kuartal III/2022," jelasnya. kbc10

Bagikan artikel ini: