Ancaman badai krisis ekonomi, Kadin optimis RI tetap jadi radar investasi
JAKARTA, kabarbisnis.com: Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Arsjad Rasjid optimistis aliran investasi asing langsung atau Foreign Direct Investment (FDI) ke Indonesia masih terus berjalan, meski ada ancaman badai krisis ekonomi atau perfect storm yang bakal terjadi pada 2023.
Saat ini dunia sedang menghadapi tiga krisis global, yakni krisis ekonomi, pangan, dan energi akibat belum pulihnya sebagian besar negara-negara di dunia pascapandemi Covid-19. Plus, konflik geopolitik dan perang Rusia-Ukraina yang mengganggu rantai pasok pangan dan energi dunia.
"Kemungkinan penurunan investasi dari luar negeri itu mungkin terjadi dalam waktu dekat. Namun, Kadin tetap yakin investasi masih terus akan mengalir ke Indonesia dalam jangka panjang," ujar Arsjad di Jakarta, Kamis (29/9/2022).
Menurutnya, Indonesia memiliki potensi dan peluang investasi yang besar dengan 270 juta penduduk, terbesar keempat di dunia dan pasar domestik yang berkembang. Selain itu, Indonesia adalah rumah bagi 30% dari total cadangan nikel di dunia dan memiliki banyak potensi ekowisata. Alasan lainnya ialah, di tengah krisis global, fundamental makro ekonomi Indonesia dinilai masih tergolong kuat.
Di 2021, FDI Indonesia tembus US$31 miliar, meningkat 7% dari 2020 dan juga mengalami peningkatan 20% dari 2019 dan 50% dari 2018. Arsjad juga menjabarkan, perekonomian Indonesia meningkat sebesar 5,44 persen year on year (yoy) di triwulan II-2022, menyusul kenaikan 5,01% pada triwulan sebelumnya dan diperkirakan tumbuh sebesar 5,4% pada tahun ini.
"Dalam jangka panjang, tingkat pertumbuhan tahunan PDB Indonesia diproyeksikan akan tetap menguat di 5,30% di 2023 dan 5,70% pada 2024," imbuhnya.
Berikutnya, dia menyinggung soal reformasi struktural yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kemudahan berusaha di Indonesia. Ini dianggap telah menciptakan lingkungan investasi yang lebih kompetitif. Bahkan, untuk mendorong investasi di Indonesia, pemerintah telah memberikan berbagai insentif dan fasilitas untuk memberikan iklim investasi yang kondusif.
"Misalnya, investor bisa mendapatkan akses ke berbagai insentif fiskal, seperti skema tax holiday/reduction, skema tax allowance, pembebasan bea masuk untuk kategori tertentu, dan fasilitas pajak untuk kegiatan litbang. Hal ini terbukti memicu pertumbuhan yang kuat," pungkasnya.kbc11
Ini Alasan BI Tarik Uang Logam Rp500 TE 1991 dan 1997, Rp1.000 TE 1993
Dukung EBT, Barata Indonesia Sukses Kembangkan Reaktor B100
Wisuda Sarjana ke-27 Stikosa AWS, Peluang Besar dan Tantangan Sarjana Komunikasi di Era Digital
Genjot Kawasan Komersial di Surabaya Barat, Intiland Segera Pasarkan Tierra SOHO Tahap II