Dorong literasi wakaf ke kaum milenial, GWI kerja sama dengan FEB Unair

Minggu, 4 September 2022 | 12:26 WIB ET
Dewan Pembina GWI Iwan Agus Setiawan Fuad bersama Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (FEB Unair) Prof Dr Dian Agustia saat penandatanganan kerja sama.
Dewan Pembina GWI Iwan Agus Setiawan Fuad bersama Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (FEB Unair) Prof Dr Dian Agustia saat penandatanganan kerja sama.

SURABAYA, kabarbisnis.com: Gerakan Wakaf Indonesia (GWI) melakukan kerja sama dengan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya dalam rangka menciptakan sumber daya manusia (SDM) khususnya para mahasiswa dalam pemahaman serta gerakan berwakaf.

Penandatanganan kerja sama dilakukan oleh Dewan Pembina GWI Iwan Agus Setiawan Fuad dengan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (FEB Unair) Prof Dr Dian Agustia dilanjutkan dengan MoU antara GWI dengan Siap Umrah & Haji dilakukan di Hotel Santika Premier Surabaya, pada Sabtu (3/9/2022).

Dikatakan Iwan Agustiawan, kerja sama yang dilakukan bersama FEB Unair merupakan langkah strategis untuk mendorong literasi wakaf di Tanah Air, khususnya kepada generasi muda.

"Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mengajak masyarakat dalam mencintai sang pencipta. Nah, GWI melakukan kegiatan melalui program 'Sobat Wakaf', dengan melibatkan kalangan mahasiswa dan masyarakat. Nah kali ini kami menggandeng FEB Unair," katanya di sela peluncuran 'Sobat Wakaf' di Surabaya, Sabtu (3/9/2022).

Dengan program-program yang diberikan kepada mahasiswa dan masyarakat, mulai pengenalan produk-produk dan layanan GWI serta beragam pelatihan, Iwan bilang, diharapkan akan banyak masyarakat yang tertarik dan jangla panjangnya bisa memberikan kontribusi terhadap perwakafan di Tanah Air.

Terkait mahasiswa sebagai sasaran, Iwan menuturkan, selain karena masa tersebut adalah saat mencari jati diri, juga memang selama oni pemahaman anak muda terkait wakaf masih minim.

Apalagi seiring dengan terbitnya Undang-Undang (UU) tentang Wakaf di tahun 2014, saat ini banyak lembaga dan instansi pemerintah, hingga perusahaan asuransi yang gencar mengembangkan wakaf.

"Di satu sisi, di Indonesia sendiri penanganan wakaf masih kurang juga, sehingga sangat banyak aset-aset wakaf yang kurang produktif. Nah, ini tugas kita semua. GWI sendiri selain melalui program Sobat Wakaf, juga rutin menggelar pelatihan dan sertifikasi Nazhir, hingga berkoaborasi dengan stakeholder lainnya," ulas Iwan.

Direktur Marketing Siap Umrah & Haji, Lalla Suryanti mengaku menyambut baik kerja sama dengan GWI, karena memiliki tujuan yang sama yakni mencintai Allah. "Caranya, selain melalui wakaf juga di sisi lain kami ingin mewujudkan impian banyak orang khususnya kaum muslim pergi ke Baitullah yakni ibadah umrah maupun haji," ungkapnya.

Program yang dijalankannya, sangat terbuka bagi masyarakat, yakni dengan melakukan syiar dan mengajak masyarakat terkait ibadah umrah dan haji serta wakaf, ada hak rezeki yang diterima.

"Nah kali ini kami bersama GWI melalui para Sobat Wakaf anak-anak mahasiswa ingin mengubah mindset bahwa mereka juga bisa menghasilkan uang dan beribadah. Jadi pergunakan kesempatan ini baik-baik," tandas Lalla.

1000 Lebih Nazhir tersertifikasi

Pada kesempatan yang sama, Ketua Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Badan Wakaf Indonesia (BWI), Prof Nurul Huda menuturkan, pihaknya terus mendorong literasi wakaf di masyarakat, salah satunya dengan melakukan sertifikasi bagi nazhir atau pengelola wakaf.

"Sertifikasi ini agar melahirkan Nazhir yang kompeten, sehingga mampu mengelola harta benda wakaf secara profesional. Dan alhamdulillah animo masyarakat khususnya nazhir untuk melalukan sertifikasi terus meningkat," ungkap Nurul.

Dia bilang, semula pihaknya menargetkan ada 1.000 nazhir tersertifikasi pada tahun 2022 ini, namun ternyata hingga saat ini sudah tercapai 1.024 nazhir tersertifikasi. Dari jumlah itu, sekitar 30 persen berasal dari Jawa Timur.

"Kami mengapresiasi Jawa Timur karena animonya yang besar. Selain GWI yang aktif melakukan assesment dan sertifikasi terkait nazhir wakaf, juga BWI cabang Lumajang yang mengajukan diri sebagai nazhir wakaf uang. Ini baru pertama kali untuk cabang BWI di daerah," ulasnya.

Diakuinya, tingginya animo masyarakat dan para nazhir terkait wakaf dan pengelolaan wakaf tersebut tak lepas dari kesadaran mereka bahwa mengelola wakaf itu dibutukan tiga hal, yakni pengetahuan, keahlian, serta atitude.

Dalam kesempatan itu Nurul Huda juga mengapresiasi langkah GWI yang aktif menggandeng perguruan tinggi dalam literasi dan mengenalkan wakaf ke kalangan mahasiswa.

"Pendekatan dengan milenial pasti beda. Makanya LSP BWI tengah berkoordinasi dengan perguruan tinggi, dalam hal ini di Jawa Timur ada UIN Sunan Ampel untuk membuat semacam program studi zakat dan wakaf," pungkasnya. kbc7

Bagikan artikel ini: