Pembengkakan biaya proyek Kereta Cepat bakal ditambal pakai utang

Kamis, 4 Agustus 2022 | 08:58 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Pemerintah tengah mempertimbangkan pembengkakan (cost overrun) pada proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) ditambal dari sejumlah sumber. Dana untuk menambal bengkak proyek ini berasal dari konsorsium pemegang saham maupun pinjaman (loan).

Terbaru, proyek ini diperkirakan bengkak antara US$1,176 miliar hingga US$1,9 miliar, atau sekitar Rp 17,52 triliun hingga Rp 28,31 triliun (asumsi kurs Rp 14.900).

Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan, sebanyak 25% dari pembengkakan itu akan ditanggung konsorsium BUMN Indonesia yakni PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan konsorsium China yakni Beijing Yawan HSR Co Ltd sesuai dengan komposisi saham.

Sebagaimana diketahui, PSBI memegang 60% saham pada PT Kereta Cepat Indonesia (KCIC) sebagai pemilik proyek. Sementara, 40% dimiliki Beijing Yawan.

"Cost overrun ini akan dibagi nanti, diperkirakan kita hitung, 25% itu akan diambil masing-masing. Kita akan chip in, BUMN Indonesia akan chip, BUMN-nya China akan chip in sesuai dengan komposisinya," katanya di Tennis Indoor Senayan Jakarta, Rabu (3/8/2022).

Diperkirakan, konsorsium BUMN Indonesia akan menambal bengkak biaya itu sekitar Rp 4 triliun. Dana itu berasal dari penyertaan modal negara (PMN) yang masuk lewat PT KAI (Persero). Sementara, konsorsium China diperkirakan akan menambal Rp 3 triliun.

Sisanya, sebanyak 75% dari pembengkakan biaya akan ditutup melalui melalui utang.

"Nanti yang 75% kita akan cari loan. Loan yang akan dibayar pada saat sudah mulai operasional. Di situ dimasukkan dalam semuanya, jadi dimasukkan dalam loan juga 75% itu. Itu yang akan diperkirakan apakah cari dari perbankan mana, mungkin dari China, atau dari mana," terangnya.

Pinjaman itu atas nama KCJB. Arya belum membeberkan siapa yang akan memberikan pinjaman, sebab tengah mencari pendanaan tersebut.

"Kita cari kan, kita lagi cari nih, bisa dari bank China dan sebagainya, lagi dicari, bisa lah," ujarnya.

Sebagai asumsi, jika pembengkakan diambil dari angka tertinggi yakni Rp 28,31 triliun, maka pinjaman yang bakal dicari sekitar Rp 21 triliun. Sebab, sekitar Rp 7 triliun ditutup konsorsium Indonesia maupun China. kbc10

Bagikan artikel ini: