Modernisasi pengolahan beras BULOG tak gusur penggilingan UKM

Sabtu, 23 Juli 2022 | 07:15 WIB ET

SUKAHARJO, kabarbisnis.com: Modernisasi infrastruktur paska panen terintegrasi yang dilakukan Perum BULOG ditujukan untuk meningkatkan kualitas hasil panen beras petani.

Tingginya tuntunan masyarakat terhadap mutu beras menuntut perusahaan berbenah. Tanpa itu, akan sulit bagi Perum BULOG bertahan dalam ekosistem industri perberasan nasional 4.0.

Sekretaris Perusahaan Perum BULOG Awaludin Iqbal menegaskan, pembangunan infrastruktur paska panen bukan hanya merehabilitasi sarana pergudangan. Pembangunan 13 unit Modern Rice Milling Plant (MRMP) dan tujuh unit Rice to Rice (RtR) ini akan memilah spesifikasi dan standar kualitas gabah dan beras yang dibutuhkan sesuai peruntukan apakah cadangan pangan pemerintah atau kebutuhan komersial.

Berbeda MRMP yang mampu menggiling dan mengolah gabah menjadi beras, sementara RtR hanya menerima beras asalan kemudian diolah melalui teknologi otomatisasi. Awaludin menambahkan, pengembangan infrastruktur pengolahan beras terintegrasi ini bukanlah untuk menggusur usaha bisnis penggilingan beras skala Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

"Jadi tetap bisa bekerjasama ( bermitra dengan penggilingan menengah kecil red) selama masuk dalam perhitungan bisnis BULOG, maka  hal ini dapat dilakukan," ujar Iqbal menjawab kabarbisnis.com dalam kunjungan melihat alur kerja operasi mesin RtR, di Sukoharjo, Jumat (22/7/2022).

Justru mitra penggilingan beras UKM diuntungkan dengan kehadiran fasilitas RtR , mutu beras hasil panen petani meningkat dan dapat dijadikan cadangan beras pemerintah (CBP). Pasalnya selama ini rentan mengalami penolakan.

Lantaran pasokan beras tidak memenuhi standar kualitas seperti kadar air, butir patah dan derajat sosoh. "Petani pun bebas menjual berasnya ke pasar. BULOG hanya mengenakan jasa pengolahan sebesar Rp 260 per kilogram (kg)," kata Iqbal.

Lagipula, jika semua unit MRMP dan RtR yang dibiayai skema Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 2 trilyun ini sudah beroperasi optimum pun belum mampu memenuhi target BULOG  bagi pemenuhan CBP sebesar 1,5 juta ton beras. Hitungan BULOG, produksi gabah kering panen yang dihasilkan mencapai 400.000 ton atau setara 265.000 beras.

Apalagi jika disandingkan data Badan Pusat Statistik (BPS), total produksi gabah kering gilingan (GKG) nasional tahun 2021 yang sebesar 54,42 juta ton atau setara beras mencapai 31, 36 juta ton maka peluang penggilingan UKM,bahkan skala besar tetap terbuka luas.

Saat ini, Bulog memiliki tujuh RtR yang tersebar di DKI Jakarta, Indramayu, Sukoharjo, Sidoarjo, Lombok Timur, Makassar, dan Sidrap. Sementara BULOG mempunyai total 10 MRMP yang berlokasi di Kendal dan Sragen (Jawa Tengah), Bojonegoro, Magetan, Jember, dan Banyuwangi (Jawa Timur), Subang dan Karawang (Jawa Barat), Bandar Lampung (Lampung), serta Sumbawa. Rencananya juga akan dibangun di Dompu dan Sulsel sebanyak dua unit.

Operation Manager RTR Sukoharjo Wisnu Sancoyo mengatakan RtR memiliki kapasitas produksi antara 6-7 ton per jam atau setara 48 ton beras. Kapasitas ruang penyimpanan mencapai 250 ton.

Adapun hasil produksi RtR Sukoharjo selama satu semester 2022 mencapai 731 ton. Hasil produksi beras RTR Sukoharjo sudah dipesan oleh PT Freeport Indonesia dengan merk kota Radja. kbc11

Bagikan artikel ini: