Pengembang berharap kenaikan suku bunga acuan BI tak dilakukan drastis
JAKARTA, kabarbisnis.com: Kalangan pengembang properti yang tergabung di Real Estate Indonesia (REI) berharap kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) tidak dilakukan secara drastis.
Ketua Umum DPP REI Paulus Totok Lusida mengatakan, penguatan dolar AS yang terjadi pada saat ini hingga tembus Rp 15.000 per dolar AS tentu berdampak kepada kenaikan harga bahan baku material.
Namun, Totok melihat pelemahan rupiah lebih disebabkan sentimen eksternal yaitu kenaikan suku bunga acuan The Fed, bukan karena kondisi ekonomi Indonesia yang jelek.
"Sebenarnya simpel, kenaikan suku bunga atau rupiahnya melemah. Tapi kita harus menjaga kenaikan itu tidak secara drastis, kalau kami naikkan harga properti terus, pembelinya tidak ada," papar Totok seperti dikutip, Kamis (7/7/2022).
Menurut Totok, sebenarnya yang dibutuhkan pelaku usaha yaitu sebuah kepastian dan kestabilan di dalam negeri, jangan tiba-tiba rupiah menjadi Rp 12.000 per dolar AS atau naik ke level Rp 20.000 secara cepat.
"Kami sudah melakukan efisiensi agar tidak ada kenaikan harga properti secara drastis. Biaya marketing kami sudah efisiensi, sekarang ada kenaikan harga tidak besar 2 persen sampai 3 persen," tuturnya.
"Kami berharap pemerintah melakukan stabilitas ekonomi ini dengan waktu yang lebih cepat," sambung Totok. kbc10
Tampilan Menu WhatsApp Pindah ke Bawah, Ini Penyebabnya
Keceriaan Yatim Piatu Ikuti Kisah Nuzulul Quran Sembari Ngabuburit Maritim di Pelabuhan
DJP: Kenaikan PPN Jadi 12% Pertimbangkan Fatsun Politik hingga Kondisi Ekonomi
Survei Ini Ungkap RI Mulai Bergerak Menuju Masyarakat Non-Tunai
ABC Ajak Ibu-ibu Penggerak Dapur Komunitas di Surabaya Bagikan 19.000 Paket Kebaikan Masakan