Mendag ungkap kunci pemulihan ekonomi dunia di pertemuan APEC MRT ke-28

Selasa, 24 Mei 2022 | 08:22 WIB ET
Menteri Perdagangan RI, Muhammad Lutfi menghadiri Pertemuan Para Menteri Perdagangan APEC ke-28 di Bangkok, Thailand, Sabtu (21/5/2022).
Menteri Perdagangan RI, Muhammad Lutfi menghadiri Pertemuan Para Menteri Perdagangan APEC ke-28 di Bangkok, Thailand, Sabtu (21/5/2022).

JAKARTA, kabarbisnis.com: Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi menyerukan agar anggota APEC 'Kembali ke Perdagangan’ untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi akibat dampak pandemi Covid-19 dan menghadapi tantangan geopolitik. Mendag menekankan, kerja sama antar ekonomi menjadi kunci pemulihan dunia.

Hal ini disampaikan Mendag saat menghadiri Pertemuan Tingkat Menteri Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) Ministers Responsible for Trade(MRT), ke-28 di Bangkok, Thailand. Pertemuan ini merupakan pertemuan fisik pertama selama dua tahun terakhir akibat pandemi Covid-19. Pertemuan digelar pada 21-22 Mei 2022 dan dihadiri para Menteri Perdagangan dari 21 anggota APEC.

"Kita harus kembali ke perdagangan, kita harus kembali ke ekonomi, kita harus kembali ke jalur pertumbuhan. Krisis pandemi Covid-19 mengajarkan bahwa tanpa kerja sama antarnegara, tantangan dunia yang terus berdatangan akan semakin sulit dibendung. Artinya, kerja sama antar-ekonomi menjadi kunci pemulihan dunia. Perdagangan adalah tulang punggung kesejahteraan dan salah satu kunci perdamaian dunia. Untuk mencapai hal tersebut, APEC harus bersama-sama sepakat untuk kembali kepada ekonomi demi perdamaian dan kesejahteraan dunia," tegas Mendag melalui keterangan tertulis, Selasa (24/5/2022).

Menurut Mendag, tantangan geopolitik turut mewarnai Pertemuan APEC MRT ini, karena memberikan dampak signifikan bagi suplai perdagangan global, harga komoditas, dan inflasi. Terlebih saat ini seluruh dunia masih berupaya untuk pulih dari krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19.

"Krisis pandemi Covid-19 memberikan tantangan bagi Indonesia. Pada dua tahun terakhir kami berjuang keras untuk keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah (middle income trap)," ujar Mendag Lutfi.

Dia menjabarkan langkah agar anggota APEC kembali fokus pada perdagangan dan peningkatan ekonomi khususnya di kawasan Asia Pasifik. Salah satunya melalui pembahasan mengenai Kawasan Perdagangan Bebas Asia Pasifik/Free Trade Area of the Asia Pacific (FTAAP).

"Sudah hampir 20 tahun sejak pertama kali pembahasan FTAAP, namun masih terdapat perbedaan pandangan di antara anggota APEC dalam menentukan arah ke depannya. Untuk itu, penting untuk menyepakati pemahaman bersama agar memberikan manfaat yang luas bagi perekonomian global," ujar Mendag.

Sementara itu, untuk pembahasan sistem perdagangan multilateral, Indonesia menekankan seluruh anggota APEC agar mengupayakan pengembalian fungsi WTO untuk memperoleh manfaat dari sistem perdagangan multilateral.

"Pada pertemuan Konferensi Tingkat Menteri WTO ke-12 (Ministerial Conference/MC-12) pada bulan Juni 2022 mendatang, diperlukan upaya global untuk memastikan relevansi WTO dalam menghadapi tantangan yang tengah dihadapi dunia. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membangun dialog upaya membangun sistem perdagangan multilateral yang berfungsi dengan baik diantara anggota APEC.nKedua, anggota APEC harus memimpin komitmen memperkuat sistem perdagangan multilateral serta menekankan hasil konkret dan berarti dari pertemuan MC-12 terutama sistem penyelesaian sengketa WTO yang kredibel," jelas Mendag.

Di tengah kenaikan harga pangan akibat disrupsi global, lanjut Mendag, Indonesia mendorong penyelesaian negosiasi pertanian dan pembentukan disiplin subsidi perikanan yang efektif sebagai solusi. Disiplin subsidi perikanan tersebut harus memastikan keseimbangan yang adil (level-playing-field).

Mendag juga menegaskan pentingnya pernyataan bersama anggota APEC bagi kesuksesan hasil pertemuan MC-12. Menurut Mendag, saat ini perlu menjaga relevansi dan integritas APEC untuk mendukung sistem perdagangan global dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).

"APEC harus menyelesaikan setiap permasalahan dengan proporsional dan berimbang serta menekankan pentingnya kelanjutan kerja. Untuk itu, Indonesia mendorong pencapaian kesepakatan bersama Menteri Perdagangan APEC (MRT Statement) untuk menunjukkan relevansi dan integritas APEC di masa krisis dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan," tutur Mendag.

Namun, dia juga menyayangkan Pertemuan Menteri Perdagangan APEC tahun ini hanya menyepakati "APEC Chair’s Statement" karena belum berhasil menyepakati penyataanbersama terkait penyelesaian isu geopolitik.

APEC merupakan forum kerja sama 21 Ekonomi di lingkar Samudera Pasifik. Kegiatan utamanya meliputi kerja sama perdagangan, investasi, kerja sama ekonomi lainnya untuk mendorong pertumbuhan, serta peningkatan kesejahteraan di Kawasan Asia Pasifik. Anggota Ekonomi APEC terdiri atas Australia, Brunei Darussalam, Filipina, Kanada, Chile, Tiongkok, Hongkong, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Papua Nugini, Rusia, Singapura, Taiwan, Thailand, Amerika Serikat, dan Vietnam.

Kerja sama APEC bersifat nonpolitis dan keputusan-keputusan yang dihasilkan seringkali tidak bersifat mengikat. Pada 2021, anggota Ekonomi APEC mewakili 38 persen penduduk dunia atau 2,9 miliar jiwa 47 persen perdagangan global atau senilai US$24 triliun, dan 61 persen total riil GDP dunia atau senilai US$53 triliun.

Secara nilai, ekspor perdagangan Indonesia dengan kawasan APEC menunjukkan peningkatan pada 2021. Pada periode tersebut, total nilai ekspor Indonesia ke anggota APEC sebesar US$170,4 miliar. Nilai ini naik 44 persen dibandingkan tahun 2020 yang tercatat sebesar US$117,7 miliar. Pada periode ini, surplus nilai perdagangan Indonesia-APEC mencapai US$17,5 miliar. kbc7

Bagikan artikel ini: