Impor kedelai gerus devisa Rp 24 triliun!

Rabu, 16 Februari 2022 | 10:06 WIB ET

JAKARTA - Indonesia kehilangan devisa Rp 24 triliun jika semua pihak enggan berkolaborasi menggerakkan budidaya kedelai secara masif. Padahal, apabila seluruh instrumen terkait mau turun tangan, Indonesia mampu meraih kemandirian memenuhi kebutuhan kedelai nasional. 

"Sekarang adalah waktu yang tepat agar para petani dan pemerintah melakukan budidaya kedelai," kata Anggota Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Ayep Zaki, di Jakarta, Selasa (15/2/2022)

Dijelaskan Ayep Zaki, kebutuhan kedelai Indonesia mencapai 3 juta ton per tahun. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Indonesia harus mengimpor 80% atau setara 2,4 juta ton. Jika dikonversikan dengan harga per kilogram kedelai belakang ini yang Rp 10 ribu, artinya Indonesia mengeluarkan devisa mencapai Rp 24 triliun.  

Karena itu dirinya fokus membangkitkan ekonomi masyarakat dan petani di wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, melalui berbagai program. Salah satunya melalui program budidaya kedelai mandiri seluas 25.000 hektare.

Menurutnya, saat ini program yang akan melibatkan ratusan ribu petani itu telah mendapat dukungan dari berbagai pihak seperti Kementerian Pertanian. Ia juga mendesak pihak perbankan harus bisa membiayai budidaya kedelai mandiri dengan platform kredit Rp 8 juta per hektare."Kami menjamin kepada bank yang mengucurkan kredit budidaya kedelai mandiri ini, Rp8 juta per hektarenya," kata Ayep Zaki. 

Nantinya program tersebut tak terbatas hanya berjalan di Kabupaten Sukabumi, melainkan juga dilaksanakan di berbagai daerah lainnya sebagai upaya nyata membangkitkan taraf ekonomi para petani. Selain mendapat edukasi dan bimbingan selama penanaman, para petani juga tak perlu khawatir karena hasil pertaniannya sudah pasti akan dijamin pembeliannya melalui off taker yang tentunya akan dibeli dengan harga yang mampu menyejahterakan petani. kbc11

Bagikan artikel ini: