RI berpeluang jadi pasar pengembangan EBT

Kamis, 25 November 2021 | 16:21 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Indonesia berpeluang menjadi pasar baru pengembangan energi baru terbarukan (EBT), termasuk pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS seiring dengan komitmen pemerintah dalam menekan emisi karbon.

Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) Fabby Tumiwa mengatakan, Indonesia perlahan menjadi pasar yang menjanjikan bagi para kalangan pengusaha maupun industri dalam pengembangan energi terbarukan.

Menurutnya, optimisme tersebut terlihat dari beberapa komitmen pemerintah, baik rencana bauran energi terbarukan 23 % pada 2025 maupun target mencapai karbon netral di 2060. "Optimisme Indonesia akan menjadi pasar baru yang tumbuh di Asia Tenggara sudah mulai muncul, dan diperkirakan oleh banyak pihak berdasarkan pada apa yang mereka lihat terhadap perubahan yang terjadi di Indonesia," kata Fabby saat webinar Asia Solar Forum, Indo EBTKE Conex 2021, Kamis (25/11/2021).

Dalam perkembangannya, pemerintah telah berencana mempensiunkan secara lebih cepat 18 PLTU dengan total 9,2 gigawatt (GW). 3,7 GW di antaranya akan disubstitusi menjadi berbasis EBT. Proyek itu diperkirakan memakan biaya US$48,43 miliar, atau setara Rp 678 triliun.

Selain itu, Kementerian ESDM telah mengumumkan bahwa PT PLN (Persero) akan memulai pengadaan sekitar 1,2 GW pembangkit EBT. Dari jumlah tersebut, 512 MW untuk PLTS dan sisanya substitusi PLTD kepada PLTS, serta battery energy storage systems (BESS).

"Ini kabar baik, bahwa PLTS masih akan tumbuh dengan kuat. Bahkan, tahun ini diperkirakan total installed capacity global melebihi 200 GW. Berdasarkan data tahun yang lalu, 59 persen kapasitas terinstal ada di Asia Pacific yang didorong oleh India, China, dan Thailand," terangnya.

Lebih lanjut, asosiasi melihat komitmen pemerintah terhadap PLTS melalui upaya revisi Peraturan Menteri ESDM Nomor 49/2018 tentang Penggunaan Sistem PLTS Atap oleh Konsumen PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) yang saat ini masih menunggu persetujuan Presiden. Komitmen lainnya terlihat dari rencana pemerintah membuat program strategis nasional PLTS atap mencapai 3,6 GW. Terakhir, upaya mendorong pengembangan EBT terlihat melalui rencana umum penyediaan tenaga listrik (RUPTL) PLN 2021–2030.

"Di mana kita ada kenaikan cukup tinggi untuk jumlah PLTS dari sebelumnya 900 MW menjadi 4,6 GW. Sinyal ini tentunya kabar baik, tetapi implementasinya menjadi kunci," terangnya.

Dia menjelaskan, dibandingkan dengan negara tetangga, Indonesia masih tertinggal dalam pengembangan EBT. Misalnya Vietnam yang diperkirakan secara kumulatif telah mencapai pemasangan 25 GW PLT EBT, sedangkan Indonesia masih membukukan kapasitas terpasang 200 MW.kbc11

Bagikan artikel ini: