Suparma optimis penjualan bersih capai Rp2,5 triliun di 2021

Kamis, 18 November 2021 | 17:30 WIB ET

SURABAYA, kabarbisnis.com: Produsen kertas dan tisu PT Suparma Tbk (SPMA) optimis mampu membukukan penjualan bersih sebesar Rp2,5 triliun sepanjang tahun 2021, seiring dengan semakin pulihnya kondisi pasar di tengah pandemi Covid-19 yang belum berakhir.

Direktur PT Suparma Tbk, Hendro Luhur mengatakan, keyakinan tersebut sejalan dengan realisasi kinerja penjualan bersih yang sudah berjalan sepanjang Januari-Oktober 2021 yang telah mencapai 88,4 persen dari target yakni penjualannya telah mencapai Rp2,21 triliun. Bahkan pencapaian selama 10 bulan di tahun 2021 tersebut sudah melampaui dari pencapaian selama setahun di 2020 yang sebesar Rp 2,151 triliun.

Sementara penjualan secara kuantitas mencapai 170.555 MT atau setara 84,2 persen dari target 206.000 MT selama periode Januari-Oktober 2021.

"Untuk itu kami sangat optimistis target penjualan bersih maupun kuantitas kita bisa tercapai karena dalam perjalanan di tahun ini kinerjanya bisa tumbuh positif bahkan capaiannya seperti realisasi 2019 yakni Rp2,51 triliun. Ini artinya Suparma telah berhasil melalui krisis yang disebabkan oleh pandemi tahun ini," ujarnya dalam paparan publik perseroan secara virtual, Kamis (18/11/2021).

Hendro mencatat, untuk kinerja penjualan bersih perseroan hingga September 2021 saja telah mencapai Rp1,92 triliun atau tumbuh 25 persen dibandingkan periode yang sama 2020. Sedangkan realisasi laba usaha pada September 2021 mencapai Rp264 miliar, atau tercapai 105,6 persen dari target akhir tahun sebesar Rp250 miliar.

"Penjualan bersih kita bisa naik sampai 25 persen, ini terutama disebabkan oleh kenaikan harga jual rata-rata yang mencapai 17,9 persen, disusul adanya kenaikan penjualan secara kuantitas," jelasnya.

Hendro memerinci, kapasitas produksi terpakai pada periode tahun ini ditargetkan mencapai 206.000 MT. Namun hingga Oktober 2021 sudah berhasil mencapai 170.555 MT.

"Kapasitas produksi kita juga mengalami peningkatan kalau kita melihat kondisi sebelum dan sesudah pandemi. Pada 2019 kapasitas terpakai mencapai 205.205 MT, kemudian pada 2020 turun menjadi 198.684 MT akibat pandemi, dan pada 2021 diyakini bisa tembus 206.000 MT. Target kapasitas produksi tahun ini kenapa lebih rendah? Ini karena ada komposisi produk yang lebih ringan, jadi bukan karena utilitasnya menurun," jelasnya.

Hendro menambahkan, potensi industri kertas dan tisu ke depan akan semakin bagus seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian. Perseroan juga meyakini proyek penambahan kapasitas yang masih dalam progres akan berjalan sesuai dengan rencana.

"Proyek penambahan mesin nomor 10 (PM10) yang menelan investasi US$32,1 juta ini direncanakan produksi komersialnya pada Maret 2022, karena sempat beberapa kali tertunda akibat pandemi," ujarnya.

Untuk proyek PM10, rencana kapasitas terpasang mencapai 54.000 MT dengan komposisi rencana produksi yakni produk Hand Towel (HT) 49 persen, Wrapping Kraft (WK) 33 persen, dan kertas laminasi MG paper sekitar 18 persen.

Terkait proyeksi kinerja di tahun 2022, Hendro mengaku belum bisa memastikan target perseroan. Alasannya, kondisi pandemi Covid-19 membuat pasar bergerak fluktuatif, terutama permintaan pada segmen menengah bawah.

"Proyeksi kinerja pada 2022 masih kita godok dan diharapkan bisa selesai menjelang akhir tahun ini. Namun yang jelas sama seperti tahun ini, perseroan tetap optimis penjualan di tahun depan bisa tumbuh double digit dari realisasi tahun ini," ujarnya. kbc7

Bagikan artikel ini: