Tarif tes PCR masih berpeluang turun

Selasa, 9 November 2021 | 19:03 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir mengungkapkan bahwa tarif tes Polymerase Chain Reaction (PCR) yang saat ini berlaku yakni Rp 275.000 di Jawa Bali dan Rp 300.000 di daerah lain masih dapat diturunkan lagi.

"Kami berkeyakinan kita masih punya ruang untuk bisa menurunkan harga [tes PCR] ini. Tapi berapa persennya akan turun, kami butuh exercise [simulasi]," kata Honesti di Jakarta, Selasa (9/11/2021).

Simulasi dan perhitungan detail kata Honesti harus dilakukan karena menyangkut dengan volume produksi. Harus diketahui terlebih dahulu berapa volume optimal produksi untuk bisa menurunkan biaya tes PCR. Diketahui beberapa komponen pembentuk biaya tes PCR di antaranya adalah komponen jasa pelayanan atau SDM, komponen reagen atau habis pakai, komponen biaya administrasi, overhead.

Honesti mengatakan, salah satu komponen yang masih dapat ditekan biayanya adalah reagen yang selama ini sudah diproduksi sendiri oleh Bio Farma. Salah satu produk reagen yakni BioSaliva menurun Honesti berpotensi dapat menekan tarif tes PCR, sebab reagen tersebut digunakan dengan cara berkumur dapat dilakukan langsung tanpa perlu petugas yang mengenakan alat pelindung diri (APD).

"BioSaliva yang kami luncurkan itu salah satunya menurunkan biaya APD. Kemudian dapat dilakukan secara masal, kalau massal kita dapat volume. Tapi kami belum dapat sedetail itu untuk menghitung semuanya implikasi biaya," ujarnya.

Reagen yang diproduksi Bio Farma tersebut harganya sebesar Rp 90.000. Reagen adalah ekstraksi yang digunakan dalam pengecekan spesimen. Reagen berisi sejumlah senyawa kimia untuk mendeteksi SARS-CoV-2, virus penyebab penyakit Covid-19.

"Dari struktur cost yang terbesar itu adalah dari komponen reagen utamanya di mana kalau kita lihat dari proses biaya produksi dan bahan baku itu sudah 55%," kata Honest.

Dalam data paparan Honesti, secara rinci biaya produksi reagen PCR terdiri dari bahan baku yakni 55%; biaya operasional 16%; biaya distribusi 14%; royalti 5%; dan margin 10%. Berdasarkan komponen tersebut harga publish di luar pajak pertambahan nilai (PPN), reagen PCR yang diproduksi Bio Farma yakni Rp 90.000. Kemudian harga e-katalog di luar PPN dan masih dalam proses pengajuan yakni sebesar Rp 81.000.

Bio Farma telah memproduksi reagen PCR sejak Agustus 2020 untuk kebutuhan tes PCR di Kementerian kesehatan maupun sektor swasta penyedia layanan tes PCR.

Menurut Honesti, memang harus dihitung secara detail sebab ada biaya lain seperti jasa tenaga kesehatan yang melakukan pemeriksaan terhadap sampel yang tidak dapat diotak-atik lagi. Namun dia optimis tarif PCR masih bisa diturunkan. "Kami akan berusaha meng-exercise lagi sampai level berapa biaya PCR ini bisa kita lakukan. Tapi kami memiliki keyakinan itu masih bisa," kata Honesti.

Dikatakannya, dua produk yang paling banyak adalah mBioCov yang telah didistribusikan sebanyak 6,26 juta dan BioCov sebanyak 221.000. Dalam perjalanan sejak diluncurkan pada Agustus 2020 telah mengalami penyesuaian harga. Pada Agustus 2020 reagen BioCov dibanderol Rp 325.000, dan mBioCov dibanderol Rp 250.000 pada September 2020.

Kemudian pada Agustus 2021 BioCov turun menjadi Rp 113.000 dan mBioCov pada Oktober 2021 jadi Rp90.000. Honesti mengatakan saat meluncurkan produk reagen PCR pada 2020 lalu tujuannya adalah untuk mengurangi produk impor sekaligus menurunkan harga komponen PCR itu sendiri sehingga lebih terjangkau. Sebab saat awal pandemi tes PCR sangat mahal.

"Di awal pandemi harga [tes PCR] sangat bervariasi karena tidak ditetapkan oleh pemerintah. Ada yang sampai Rp 3,5 juta ada Rp 2,5 juta karena kebanyakan dari lab mereka membundling servis. Tidak hanya murni tes PCR tapi juga ada foto thorax contohnya," pungkasnya.kbc11

Bagikan artikel ini: