Industri manufaktur jadi sasaran utama investasi asing

Rabu, 27 Oktober 2021 | 21:44 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Industri manufaktur atau pengolahan non migas menempati posisi teratas dalam perolehan investasi asing langsung (FDI) sepanjang Januari-September 2021. Nilainya mencapai US$11,9 miliar (Rp 16,89 triliun) atau tumbuh 52,4% dibandingkan periode sama tahun lalu.

Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), perolehan tersebut melanjutkan tren dominasi FDI manufaktur pada 2020 sebesar US$13,2 miliar (Rp 18,71 triliun), yang diikuti sektor jasa di posisi kedua sebesar US$12,2 miliar (Rp 17,29 triliun). Sementara itu, capaian penanaman modal dalam negeri (PMDN) di sektor manufaktur pada periode tersebut mencapai Rp 63 triliun (19,2%) dan berada di posisi kedua setelah jasa sebesar Rp 218,9 triliun (66,8%).

Secara total FDI dan PMDN, sektor manufaktur mampu meraup Rp 236,8 triliun dengan pertumbuhan 35,9%. Sementara itu, berdasarkan industrinya, investasi logam dasar, barang logam, bukan mesin, dan peralatannya, mencatatkan angka FDI tertinggi sebesar US$4,95 miliar (Rp 7,01 triliun) dengan 781 proyek.

Sepanjang Januari-September total perolehan FDI dan PDMN subsektor tersebut tercatat sebesar Rp 82,7 triliun, naik 12,5 % YoY. "Investasi [di industri logam, barang logam, bukan mesin, dan peralatannya] ini berarti tidak hanya mendorong yang sifatnya padat karya tapi mendorong sektor-sektor industri. Mudah-mudahan ke depan deindustrialisasi bisa kita atasi dengan industri membangun hilirisasi," kata Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dalam video conference, Rabu (27/10/2021).

Sementara itu, sektor yang menjadi jawara realisasi investasi pada Januari-September 2021 yakni perumahan, kawasan industri, dan perkantoran sebesar Rp 88,8 triliun, tumbuh 13,5% secara yoy.

Posisi ketiga setelah industri logam dasar yakni transportasi, gudang, dan telekomunikasi sebesar Rp 80 triliun, naik 12,1%. Keempat, listrik, gas dan air senilai Rp 59,4 triliun atau naik 9%, dan kelima pertambangan Rp 53,3 triliun atau tumbuh 8,1%.kbc11

Bagikan artikel ini: