Relaksasi PPnBM diperpanjang, industri otomotif genjot produksi

Senin, 21 Juni 2021 | 13:44 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Kalangan pelaku industri otomotif menyambut baik perpanjangan relaksasi pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) kendaraan bermotor roda empat oleh pemerintah. Industri otomotif pun bersiap dengan berbagai strategi untuk menggenjot produksi karena permintaan mobil diperkirakan akan terus tumbuh.

"Dengan perpanjangan PpnBM ini, pemesanan kendaraan akan meningkat kembali dan tantangan terbesar kami supaya bisa memproduksi kendaraan semaksimal mungkin agar konsumen dapat menerima secepat-cepatnya," kata Direktur Pemasaran dan Penjualan serta Inovasi Bisnis PT Honda Prospect Motor (HPM) Yusak Billy seperti dikutip, Minggu (20/6/2021).

Namun sebelum itu, PT HPM juga masih menunggu aturan legalnya terkait belum diterbitkannya peraturan menteri keuangan soal perpanjangan relaksasi PPnBM tersebut. "Kami masih menunggu sampai seluruh instrumen legal sebagai dasar hukum itu direlease dulu," kata Billy.

Dia mengatakan, sejak diberlakukan relaksasi PPnBM pada Maret, penjualan mobil Honda mengalami peningkatan. Penjualan HPM secara ritel pada Januari sebesar 7.068 unit, Februari 2021 mencapai 6.018 unit, Maret naik menjadi 10.048 unit, dan April naik menjadi 10.189 unit.

Kemudian Mei turun menjadi 8.538 unit. Meski penjualan Mei turun dibanding April, tetap lebih tinggi dibanding Januari dan Februari sebelum relaksasi PPnBM diberlakukan. "Penjualan Mei turun karena jumlah kerja yang lebih sedikit dari April, karena ada Lebaran," kata Billy.

Untuk mengantisipasi permintaan mobil yang terus tumbuh akibat relaksasi PPnBM diperpanjang, PT HPM melakukan sejumlah strategi, diantaranya menggenjot produksi. "Strateginya, produksi akan kami lakukan dengan kapasitas penuh mengikuti prokes yang ada dan ketersediaan komponen," kata Billy.

Hal senada dikemukakan Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM) Anton Jimmi Suwandy. Dia mengatakan perpanjangan relaksasi PPnBM otomotif akan membuat pasar mobil di Indonesia bergerak dinamis. "Secara demand akan lebih baik," ujarnya.

Untuk itu pihaknya akan mengusahakan produksi mobil Toyota semaksimal mungkin, juga kecepatan logistik dan distribusi agar waktu tunggu penerimaan kendaraan oleh konsumen tidak terlalu lama. Anton mengakui, saat ini rata-rata masa tunggu pengiriman kendaraan mencapai sekitar dua bulan, karena permintaan yang tinggi tidak sebanding dengan kecepatan produksi.

"Produksi bahkan sudah lakukan lembur dan bekerja di akhir pekan," kata Anton. kbc10

Bagikan artikel ini: