Pertumbuhan ekonomi triwulan III/2020 turun 3,75 persen, Jatim alami resesi

Kamis, 5 November 2020 | 22:08 WIB ET

SURABAYA, kabarbisnis.com: Kinerja ekonomi Jawa Timur terkoyak akibat pandemi Covid-19. Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim merilis, perekonomi Jatim pada triwulan III/2020 terkontraksi sebesar 3,75 persen, setelah pada triwulan II/2020 mengalami kontraksi sebesar 5,9 persen. Ini artinya, pandemi Covid-19 telah menyebabkan Jatim masuk dalam jurang resesi.

Mesti demikian, ada beberapa lapangan usaha yang masih mencatatkan pertumbuhan positif. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 9,53 persen, diikuti Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 8,55 persen, Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang sebesar 5,36 persen

"Peningkatan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur secara year on year (y-on-y) cukup 

signifikan terjadi pada Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 9,53 persen. Kondisi ini dipengaruhi oleh kenaikan trafik penggunaan paket data akibat peningkatan aktivitas WFH (Work From Home) dan SFH (School From Home)," ujar Kepala BPS Jatim, Dadang Hardiwan di Surabaya, Kamis (5/11/2020).

Pertanian juga mengalami pertumbuhan tipis sebesar 0,46 persen. Sektor ini masih menjadi salah satu penyumbang terbesar terhadap kinerja ekonomi Jatim, yaitu sebesar 13,36 persen.

Sementara dua sektor yang memberikan sumbangsih terbesar terhadap kinerja ekonomi Jatim justru mengalami penurunan. Sektor industri yang memberikan sumbangan sebesar 30,36 persen, kinerjanya turun sebesar 1,07 persen dan sektor perdagangan yang memberikan sumbangan sebesar 17,51 persen juga turun sebesar 1,70 persen. Sektor kontruksi juga mengalami penurunan sebesar 0,24 persen.

"Jika dilihat dari pengeluaran, hampir semua komponen PDRB menurut pengeluaran mengalami kontraksi. Komponen yang mengalami kontraksi adalah Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 6,99 persen, disusul PMTB 5,47 persen, Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 2,92 persen, dan Impor Luar Negeri sebagai pengurang 12,12 persen. Sedangkan komponen yang tumbuh antara lain Pengeluaran Konsumsi LNPRT 2,96 persen dan Ekspor Luar Negeri 22,11 persen," jelasnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, bahwa terkontraksinya pengeluaran pemerintah terjadi di semua pos anggaran seperti belanja pegawai, barang, modal dan sosial baik pada anggaran APBD maupun belanja barang APBN. PMTB hanya proyek lanjutan sarana dan prasana.

"Konsumsi rumah tangga masih dipengaruhi pandemi covid 19. Pengeluaran LNPRT tumbuh dipengaruhi mulainya masa kampanye pilkada di 19 kabupaten dan kota. Ekspor migas unggulan Jawa Timur seperti perhiasan, tembaga, ikan dan udang masih mendominasi nilai ekspor yang tumbuh positif," kata Dadang.

Sementara pertumbuhan ekonomi triwulan III-2020 Terhadap Triwulan II-2020 (q-to-q)

Ekonomi Jawa Timur Triwulan III-2020 tumbuh 5,89 persen bila dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q).

Kondisi ini terutama didukung oleh kinerja Lapangan Usaha Jasa Lainnya sebesar 30,68 persen, diikuti Transportasi dan Pergudangan sebesar 21,34 persen, serta Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 9,71 persen.

"Beberapa lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan positif adalah Lapangan Usaha 

Konstruksi yang tumbuh 7,92 persen, Industri Pengolahan tumbuh 7,32 persen, Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor tumbuh 7,17 persen; Jasa Perusahaan tumbuh 5,24 persen; dan Jasa Pendidikan tumbuh 4,66 persen," katanya.

Sementara pertumbuhan ekonomi kumulatif Jawa Timur sampai dengan Triwulan III-2020 terkontraksi 2,29 persen (c-to-c). Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 7,88 persen, diikuti Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 8,87 persen, Real Estat 4,66 persen, serta Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang sebesar 4,56 persen. Sedangkan kontraksi tertinggi pada Lapangan Usaha Jasa Lainnya.kbc6

Bagikan artikel ini: